Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Sebegitunyalah Memperlakukan Bule

21 Januari 2021   23:43 Diperbarui: 22 Januari 2021   00:14 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Kristen Gray bersama pasangan LGBT-nya ( sumber : KOMPAS DOTCOM)

Mungkin Kristen Gray, nggak bakal sebegitunya kalau perlakuan kita terhadap bule juga tidak sebegitunya!

Bagaimana kita sebegitunya, apa maksud sebegitunya? Ya mengistimewakan bule, mengistimewakan WNA. Kalaupun bukan Anda ( yang baca artikel ini), ya sebagian besar masyarakat kita memperlakukan bule ( WNA) segitunya, segitu istimewanya dibanding perlakuan kita terhadap saudara setanah air.

Kenapa?

Karena cara pandang mayoritas masyarakat kita terhadap bule yang telah 'disetting' kumpeni sedemikian rupa sehingga memandang mereka punya kasta lebih tinggi daripada kita-kita. Cara pandang itu sudah turun-temurun dari generasi ke generasi.

Bagaimana bentuk settingan kumpeni? Melalui politik devide et empera. Politik memecah belah, menggolongkan status sosial berdasarkan garis keturunan. 

Bahwa keturunan Eropa (dan Belanda), adalah warga kelas satu. Selanjutnya golongan kelas dua adalah warga keturunan macam Tionghoa, Arab, dan sebagainya. 

Dan golongan ketiga adalah masyarakat yang waktu itu disebut 'pribumi'. Sebutan pribumi disini mengacu pada etnis-etnis asli Indonesia, seperti Jawa, sunda, dan masih banyak lagi.

Dari cara penggolongan kelas masyarakat ini pula ditanamkan rasa sentimen satu golongan dengan golongan lain pula. Selanjutnya mau nggak mau ditanamkanlah rasa saling membenci satu sama lain. Tentu saja kebencian itu terus dipupuk oleh pihak kolonial sebagai bagian dari agenda memecah belah persatuan.

Selanjutnya sampai sekarang cara pandang terhadap bule, WNA, atau warga keturunan ( warga dengan status sosial kelas dua versi kolonial) beda. Kayak ada manis-manisnya gitu. Hahahhahaha, hampir lucu. Lanjut...

Tapi pada masa sekarang ini saya bangga terhadap saudara-saudara kita yang dulu digolongkan sebagai masyarakat golongan kedua setelah warga Eropa lalu pada masa lalu, dan disini pun dianggap WNI keturunan, sekarang menolak lagi disebut keturunan. Lha wong sudah lahir dan besar disini, bagaimana dianggap keturunan. Yang ada mereka adalah salah satu dari sekian banyak keanekaragaman suku di Indonesia.

Apa hal lain yang membuat kita memandang 'lain' pada Bule? Karena sebagian lagi dari kita menganggap bule tuh duitnya banyak, bule tuh makmur, bule tuh kaya. Apalagi kalau ada orang tua yang anaknya bisa menikah dengan bule, wuihhh, bangganya minta ampyun! Karena dengan begitu status sosial atau ekonomi akan meningkat.

Makanya kalau ada bule kita selalu memberi tempat istimewa. Jangankan begitu, ada bule bisa Bahasa jawa aja kita udah seneng minta ampun, katanya bule yang nJawani. Seharusnya bulenya yang bangga, karena Bahasa Jawa tuh rumit, kayak kamuuu.... Heeheheh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun