Alih-alih sadar, Nokia justru sempat menggunakan Blackberry Connectivity untuk software Push Email.
Tahun 2005, Google masih sibuk bersaing menaklukkan Yahoo, hingga mengakuisisi Android, sebuah Operating System berbasis Linux yang nantinya bagai Bom biologis membuat mereka-mereka kelenger.
Balik lagi ke Nokia.
Kejayaan ponsel gaming juga pernah dirasakan melalui N-gage. Ponsel ini sangat laku bagi maniak game. Hingga Nokia melakukan satu 'kebodohan' dengan memperbaruhi N-Gage dengan Varian N-Gage QD yang justru secara bentuk kurang Ergonomis, lalu N-Gage terhempas dipasaran.
Tahun 2006 Nokia meluncurkan Communicator baru dengan julukan E90. Pertama dalam sejarah, pembeli Ponsel rela antri untuk membeli ponsel seharga 10 Juta rupiah itu.
Kali ini Communicator sudah dilengkapi konektifitas 3G.
Trend komunikasi mengalami ubahan besar-besaran ketika Research In Motion masuk dengan Blackberry.
Nokia masih bertahan. Sekali lagi, kalau Blackberry mengandalkan mobile messenger ( Blackberry Messenger/BBM)dan seabrek fitur kirim mengirim data supercepat dengan teknologi kompresi data, maka Nokia mengandalkan Ponsel Multimedia dengan konektifitas 3G. Langkah Nokia diikuti oleh Sony Ericsson. Sedangkan Siemens, saat itu diakuisisi oleh Benq ( Taiwan). Dan Benq Siemens pun secara perlahan terdepak dari persaingan yang udah mencapai Next level.
Sony Ericsson pun berusaha tetap ikut bertempur. Andalannya adalah ponsel musik, yaitu seri walkman. Walau seri lain, yaitu Seri K juga diikutkan bertempur dengan ponsel middle end Nokia.
Perlahan tapi pasti, Blackberry menggerogoti pangsa pasar mereka.
Dari awalnya membuat ponsel pintar untuk berbagai kemudahan melakukan pekerjaan kantor, Blackberry mulai menyasar segmen anak muda dengan meluncurkan Blackberry Curve 8310, 8320, lalu 8250 (Gemini), dengan harga yang terjangkau.