Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada si Karin

7 Oktober 2019   02:37 Diperbarui: 7 Oktober 2019   15:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber : vectorstock

Alan datang dengan es latte.
" Nih....aku bawain cemilan sekalian, buat teman ngobrol, " Gentle sekali gaya Alan.
" Bukannya yang nemanin ngobrol kamu?" Karin mulai ngocol. Sumpah demi Yupiter, Alan hampir saja terbang mendengarnya.
" Cieehh, baru juga diajak ngopi sebentar, udah pintar ngocol. Hahaahah" Derai tawa Alan tak terbendung.

Mereka duduk berhadapan. Alan memotong red velvet cake dan memasukkan ke mulutnya sendiri. Potongan yang kedua disuapkan ke mulut Karin. Jelas saja si galak yang pernah dijuluki emak Lampir oleh Alan itu blingsatan. Belum pernah dia diperlakukan seistimewa ini oleh siapapun.

Karin gugup. Tetiba badannya gemetaran.
Alan bisa membaca gelagat itu.
Ditaruhnya garpu di samping piring.

Sesekali Alan memandang Karin. Yang dipandang tersipu, buang pandang. Ini kayak kencan pertama menurut Karin. Tapi bagi Alan, tidak. Tidak seperti itu masalahnya. Alan punya misi tersendiri. Yang jelas gak ada hubungan dengan asmara. Alan gak bakal bisa secepat itu memberi hati pada orang lain, disaat hatinya masih terluka. Jangankan Terhadap Karin, bahkan terhadap Julia pun Alan masih belum bisa terima.
Saat ini Alan pengin fokus kuliah dan kerja. Tak ada yang lain.

" Kamu coba ngajak ngopi sambil diem-dieman gini ya? " Sindir Karin.

Alan tersadar.
" Abisnya, kamu gak mau ngobrol sih, " Alan buka suara.
" Aku malah beraharap kamu yang mulai. Aku lihat kamu orangnya cerewet kan? Di kantin sering aku lihat kamu paling rame, kalau tertawa suka terbahak--bahak. Haahhahaahha."

Alan terdiam memandang wajah Karin. Rupanya kayak gini tertawanya. Renyah, manis, dan tanpa beban. Wajah Karin ceria. Alan gembira melihat perubahan ini.

Alan bahkan tak menyangka sanggup merubah kemurungan Karin. Kesan galak dan jutek lenyap bersama tawa barusan. Beberapa kali Karin menyuguhkan senyum manis tatkala Alan melucu.

Tak jarang pula mata Karin berbinar penuh keindahan.
Alan tak habis pikir, kenapa selama ini Karin galak setengah mampus!
Kenapa nggak dari dulu kayak gini, menjadi makhluk manis yang menyenangkan kayak gini. Kalau Karin dari dulu kayak gini, mungkin Alan udah naksir.

Eh, jangan ding. Kalau dari dulu kayak gini, ntar jadi rebutan. Alan bisa kalah saing. Justru disinilah seninya. Justru kayak ginilah kelebihan Alan dalam menaklukkan hati cewek yang katanya galaknya ngalah-ngalahin Emak Lampir.
" Rin...?" Ucap Alan hati-hati. Alan pengin menanyakan sesuatu. Buat Alan ini penting untuk diketahui. Perhilan Karin yang galak.

" Ya?" Mata Karin membeliak indah.
" Kenapa kamu selama ini.." Alan menggantung pertanyaannya, menunggu reaksi Karin.
" Aku udah menduga kamu bakal menanyakan ini. Aku udah tahu kemana arah pertanyaanmu. Huuufftttt, " Karin mendesah, menghempaskan segala bebannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun