Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada si Karin

7 Oktober 2019   02:37 Diperbarui: 7 Oktober 2019   15:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber : vectorstock

Alan sedang jalan-jalan di central park sore itu. Biasa, ada starbucks yang asyik buat nongkrong. Alan sendirian, nggak bareng gang. Lagi on the mood nulis. Sambil ngopi. Begitulah tokoh kita ini, kalau suntuk suka menghabiskan waktu di depan laptop sambil nulis. Beberapa bukunya sudah terbit, kini mau meyelesaikan satu buku lagi. Masalahnya nulis tuh gak bisa sembarang waktu. Ide gak selalu datang. Gak bisa diundang, gak bisa pula diusir.

Jadi mumpung ada ide dan mood, Alan merapat ke kedai kopi asal Seattle itu. Alan sih nggak brand minded ya. Tapi soal kopi, sudah jadi semacam candu buat Alan. Dan kedai ini memnyediakan kopi yang nurut Alan pas. Apalagi kalau lagi nulis, gak afdol tanpa kopi. Saat tertentu pula, ide gak akan mengalir tanpa kopi. Itulah kopi. Ketika otak perlu inspirasi.
Selesai pesan segelas Americano dan sepotong red velvet cake Alan mojok diujung. Itu niatnya.
Tapi pas dia lagi mau menuju meja ujung, seseorang menyenggol dengan cukup keras. Kopi dan red velvet Alan jatuh berhampuran. Menimbulkan suara yang lumayan keras.

" Yahh..." Gumam Akan kesal.

Yang nyenggol..
Karin!
Alan Cuma bisa memandangi kopinya yang tumpah ke lantai tanpa menyesali apa yang barusan terjadi. Buat apa disesali, toh kopi yang tumbah tak akan bisa balik lagi kan?

Alan memandangi Karin. Tanpa Ekspresi. Tak ada pula kesan marah. Biasa saja. Yang dipandangi salah tingkah. Wajah yang biasanya galak itu kini...

Aahh...
Alan tak dapat mengartikan apa arti tatapan itu.
" Kamu..." Hanya itu yang terucap dari bibir Karin. Mereka bersipandang sejenak.
Sejurus kemudian Alan melesat ke kasir untuk memesan minumannya lagi.

Pada pesanan kedua Alan hati-hati benar membawanya.
Sementara meja ujung favorit Alan sudah ada penghuninya. Seraut wajah murung itu disana. Ada dua kursi sih, tapi Alan ragu, apa Karin mengizinkan alan duduk disitu atau gak.
Alan cari akal bulus. Gimana caranya dia agar daerah kekuasaannya di duduki pendekar berwatak jahat. Hehehheheh

" Hhmmm...maaf, tapi kursi yang kosong Cuma ada disini, dan saya perlu tempat duduk, " Alan mulai mengeluarkan jurus pertama.

" Yang disana kan ada, tuh yang dekat mbak bule!" Karin menunjuk meja yang tak jauh dari mereka berada. Meman g ada bule disitu. Tak ada yang aneh. Di ibukota ini kan kumpul dengan jutaan macam manusia. Datang dari berbagai sudut bumi. Yang aneh adalah ketika Karin menyebut 'mbak bule'. Dan dia mengucapkan tanpa dibuat-buat. Meluncur begitu saja. Lucu jadinya kalau kalimat 'mbak bule' itu diucap Karin, makhluk yang maha galak sekampus ini.
Selesai mengucap Karin diem tanpa merasa berdosa.
Alan mendengus, nekat duduk di kursi itu.

Bodo amat!
Kalau pun misalnya Karin ngajak ribut saat ini, Alan akan layanin. Gak ada ampun buat kamu disaat kayak gini Emak Lampir!
Alan masih nunggu reaksi selanjutnya.
Sebenernya Alan sangat berharap Karin meminta maaf atas insiden yang barusan terjadi, yang membuat Alan rugi secara materi.

" Aku gak akan minta maaf karena numpahin kopi loe, karena loe belum minta maaf tadi siang. Malah temen loe ngajakin ribut, " Karin berucap cuek sambil tangan kanannya menyuap black forest, dan ditangan kirinya memegang handphone, serta jodoh ditangan Tuhan, seolah tahu apa yang berkecamuk di alam pikran Alan. Hahahahhaa...lucu ya?
Mata Alan tak lepas memandangi Karin. Kok ada ya orang secuek dan sejudes ini? Baru kali ini dia nemuin yang kayak ginian.
Mulanya datang kesini Alan kesini pengin ngopi sambil edit naskah. Tapi sekarang malah hilang segala mood. Alan memandangi Karin. Yang dipandang cuek, tetap dengan wajah dingin. Tanpa ekspresi. Beberapa teguk americano membasahi tenggorokan Alan.
Ada masalah apa rupanya dengan cewek ini? Sejuta tanya dalam hati Alan tanpa jawab.
" Aku nggak nyuruh kamu minta maaf," Cetus Alan setelah menemukan ide jawaban yang tepat.
" Kamu jangan bohong, tatapan matamu menuntut itu. Kamu tidak sedang berhadapan dengan anak TK! " Karin menyergah. Suaranya sedikit ngegas. Busyettt....anak setan! Emosi Alan sedikit naik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun