Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ballade Pour Adeline

19 September 2018   04:16 Diperbarui: 19 September 2018   20:24 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari pertama aku tinggal pemukiman ini. Sebuah pemukiman asri di pinggiran kota. Tak banyak yang aku tahu tentang kota ini. Meskipun ini salah satu Megapolitan tersohor.

Palingan aku tahu Sydney dari beberapa gambar atau berita-berita di televisi atau media online. Yang aku tahu kota ini adalalah kota yang  besar banget. Walau gitu kehidupan kota ini amat amat tertib.

Dan pagi ini pagi pertama, setelah semalam sampai lalu tertidur pulas.
" Kalau berangkat ke kampus kita naik Bus saja," Tutur Rio, yang telah lama tinggal dan bekerja disini.
" Iya, tapi makan apa pagi ini?" Tukasku mengingatkan, perutku yang mengingatkan bahwa ternyata aku lapar.

Terakhir kali makan semalam pas tiba dibandara. Hanya setangkup Cheese burger, kentang goreng dan lemon tea.
Aku mulai kawatir tentang makanan sehari-hari. Walau negeri ini tak jauh dari Indo, tapi kayaknya banyak hal berbeda. Termasuk makanan.

" Kamu mau makan nasi? Masak sendiri, tuh ada beras. Sarden, Cornet juga ada. "
" Gak ada yang jual nasi uduk ya?" Aku nyoba ngocol.
" Kau pesan Gofood saja, sapa tahu ada tukang gojek nyasar.  " Rio balas ngocol.
Kami tergelak.

Akhirnya aku ngalah masak, dan Cuma makan dengan cornet goreng dan sambal terasi dalam kemasan yang sengaja kubawa. Inilah susahnya kalau nasionalisme tinggi, dalam hal makanan pun kalau bukan makanan Indo nggak cocok.

Moga-moga sembari aku kuliah ada pekerjaan part time di restoran Indonesia, biar bisa makan masakan Indo gratis. Karena makanan Indo mahal disini. Karena diakui atau tidak Sydney adalah kota dengan biaya hidup yang lumayan mahal. Setidaknya dibanding Jakarta.

Aku berangkat duluan sedangkan Rio belakangan, karena dia masuk kerja jam 9. Sedangkan aku mesti ngurus administrasi kampus.
Bermodal petunjuk dari Google, aku berangkat ke kampus Macquaire. Untung aku kesini pas peradaban sudah canggih, sehingga tak banyak kesulitan cari petunjuk jalan.
Untuk mencapai jalan raya dimana halte Bus berada, aku mesti jalan kaki kurang lebih 500 meter dari rumah kontrakan kami.

Ahh....
Gembira sekali hati ini. Hari pertama bermukim diluar negeri. Aku tergesa jalan sambil terus panteng Google maps di handphone.

Brukkkk! Aku nabrak seseorang.
" Sialan! " Hampir saja kata itu terucap, tapi urung. Kejadian gini menyebalkan. Kayak kejadian-kejadian di adegan sinema picisan. Tentang pertemuan dua pasangan yang tak sengaja bertubrukan, lalu barang yang dibawa cewek, biasanya berupa buku, jatuh berhamburan. Dan si cowok membantu memungut benda-benda cewek. Secara tak sengaja mata mereka bertatapan, si cewek tersipu, lalu cowok tersenyum dan menyapa, "Hai...maaf...eh...enggg.."
Kayak gitu! Adegan yang udah ribuan kali ada di ribuan judul film.

Dan aku benci ini.
Karena ini tak seperti di film. Perempuan 25 an tahun berwajah Indocina itu buang muka dan duduk di bangku depan pagar rumahnya dengan tatapan kosong, seolah tak terjadi apapun!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun