Sang pemburu unggas, sekarang Dugal melakoni tugas itu. Bisa dalam artian sebenarnya atau hanya istilah Dugal saja. Karena memang ia suka dengan unggas untuk dipelihara.
Setiap hari Dugal menjelajah Banua untuk mendapatkan unggas yang dimaksud seperti ayam kampung, ayam bangkok, ayam hutan, itik peking, itik serati, entok, belibis, kalkun, dan angsa. Baik itu yang masih anak-anak, remaja, dan sudah dewasa.
Caranya dengan membeli di pasar tradisional yang ia kunjungi setiap minggu, juga ke tempat orang langsung yang memiliki unggas itu.
Dugal bisa menjelajahi puluhan kilometer hingga seratus kilometer lebih untuk mendapatkan unggas-unggas itu. Rela mengeluarkan uang ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk memiliki unggas-unggas itu.
Unggas itu akan ia pelihara di rumahnya, maksudnya di kurungan / kandang yang sudah ia siapkan sebelumnya. Bila sudah besar unggas itu akan ia jual.
Bila peliharaannya berkurang, ia akan kembali berburu unggas-unggas itu. Begitulah siklus kehidupan Dugal dalam menekuni usahanya yang berawal dari kesenangannya itu.***