Belum lama tadi, usai shalat Dzuhur di Langgar Al Kautsar Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), saya tetap bertahan. Selain saya yang masih bertahan ada juga H Atur, Budi, H Tatam, Harmuni dan Chamuy.
Sambil rebahan H Mastur atau sering dipanggil H Atur bercerita tentang tokoh ulama Banua dengan berbagai kelebihan yang dimiliki, yakni tentang ulama asal Nagara yang makamnya sekarang disebut dengan Kubah Dingin. Tentang rumah terang saat tidur usai belajar mengaji.
Kemudian tentang banyu dan iwaknya. Sebutir kelapa dibelah ada iwak papuyu di dalamnya. Kemudian shalat minta hujan. Ternyata airnya muncul dari bawah.
Tentang waluh yang dipetik banyak sekali, padahal masih muda, orangtuanya tak setuju. Lalu waluh itu dikembalikan, ternyata menancap kembali semula.
Perjalanan ke Mekkah. Dibuang ke laut. Terdampar di pantai. Banyak kuburan. Bisa ke Mekkah dengan bantuan saudara pemilik rumah. Kembali ke Banua. Banyak yang tak percaya.
H Atur juga bercerita tentang jagoan asal Pahalatan dengan orang Muning. Jagoan Pahalatan yang sombong itu tertanam di tanah. H Atur juga sempat sekilas bercerita tentang Datu Kopi yang ada di Barabai. (ahu)