Mohon tunggu...
Akhmad Husaini
Akhmad Husaini Mohon Tunggu... Administrasi - Ditakdirkan tinggal di Selatan : Desa Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Memiliki kesenangan jalan-jalan, membaca, dan menulis.

Terus menuliskan sesuatu yang terlintas, dengan pantas, tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sejumput Harap Menerka Sangka Gemulai Mendekap

20 Maret 2018   14:30 Diperbarui: 20 Maret 2018   14:31 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menggebu sunyi arus yang tempias
lagu gundah suara pikiranku tempat asyik
menambat ikrar aturan yang statis
kalau semua bisa saling menyerta
masihkah kau ingat kenangan silam yang begitu indah
karena kita adalah petualang yang sama

Tanamkan niat untuk hadir pada Haul Guru Sekumpul 2018
merentak kata adalam ingatan yang statis
cecak kecil di dinding rumah warna hijau
ada novel Lambung Mangkurat karya Randu Alamsyah
apakah bisa berhubungan dengan hal itu
tak adakah orang kita yang bisa membuatnya

Masih terbatas dengan hal itu
remang masalah menggayut naluri menebar tingkah
kehendak hati di BRI 18 juta, BPR 7 juta, Mandiri e-cash 11 juta
genggam karya lewat kata menumpuk berkah
aku dan puisi seiring sejalan menerpa jejak kenangan
dalam hujan kau kembangkan ragam harapan

Tak ada salahnya agar orang tahu dengan hal itu
gatal tak cukup hanya digaruk saja butuh salep
berani berbeda dengan yang lain sungguh luar biasa
andai semua bisa kuraih dengan nyata tentu senang menyangka
terus berupaya mengatur langkah yang pasti
jemu himpitan pengaruh lantang kisah silam membayang
menunggu waktu hilang datar mendera yang nyata

Sejumput harap menerka sangka gemulai mendekap
meluap keindahan kepastian menebar tentu
sehari hampa banyak kata yang kau limpahkan
mengenyam pandangan tertindih pilu kehati-hatian
teruslah membawa tebaran senyum mengembang serta
aku hanya pandai menulis saja hakikatnya pendiam
watak nurani mengenang impian syahdu mencium cemburu

Hujan lebat sekali malam Kamis dingin dirasa
akan lebih baik menumpu harap jelita mengulang ragu
petang menjelang aroma niscaya bersampiran
pengaruh emosi lantang dengan bangga menyisi
dalam segala tindak tanduk tafakur diri bersimpati
kekuatan bayang impian serajut interaksi sunyi

Kita termasuk yang cukup diperhitungkan orang
ringan hati apa saja akan diwujudkan
menyambung sayap merayap aturan ratap bersambung
coba saja kau tulis semuanya dengan hati
gejolak mewarnai hari-hari sepenuh tingkah
tak kah kau lagi menulis pengalaman misteri seperti dulu lagi

Kandangan, 15 Maret 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun