Mohon tunggu...
Muhammad Husain Nashar
Muhammad Husain Nashar Mohon Tunggu... -

Mahasiswa FE UII

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin Harapan Bangsa

6 Februari 2014   17:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemimpin Harapan Bangsa

Tahun 2014 disebut juga tahun politik mengingat pilpres yang akan diadakan pada juni nanti. Waktu yang paling ditunggu-tunggu bagi para capres untuk ‘beraksi’ dan dapat dipilih di pemilihan nanti. Banyaknya  masalah-masalah di tiap daerah, dan mengingat buruknya kebijakan-kebijakan di kancah nasional, membuat kita harus berfikir dan membahas lagi siapa tokoh yang paling cocok untuk mendapatkan tongkat estafet sebagai peralihan kepemimpinan pada pilpres 2014 nanti. Mungkin kita tak perlu membahas ‘sistem seperti apa’ idealnya suatu negara, melainkan harus membahas ‘pemimpin seperti apa’ yang diperlukan untuk memperbaiki bangsa ini, karena suatu sistem seperti apapun akan baik apabila memiliki pemimpin yang baik. Pembahasan mengenai pemimpin yang ideal haruslah kita tekankan, karena mau jadi apa anak cucu kita apabila bangsanya yang begitu besar dan mempunyai kekayaan alam ini dipegang oleh orang yang salah.

Berlandaskan ideologi dari setiap orang berbeda, tentu pandangan setiap orang mengenai pemimpin yang ideal jelaslah sangat berbeda. Namun melihat sudah banyaknya persoalan-persoalan di negeri ini akan ada hal-hal yg menjadi konvensi dan dapat diterima semua pihak mengenai intensitas seorang pemimpin

Pertama, seorang pemimpin yang ideal haruslah mempunyai tingkat moral yang baik, dengan pemimpin yang bermoral baik tentunya seorang pemimpin akan bersikap jujur, bertanggung jawab, dan adil atas setiap tindakan serta ucapan. Pramoedya anantha toer, seorang sastrawan bangsa dalam bukunya ‘Bumi Manusia’ pernah mengatakan, “seseorang terpelajar harus sudah bersikap adil sejak dalam fikiran, apalagi dalam perbuatan”. Dalam hal ini ia menjelaskan bahwa dalam diri manusia itu harus mempunyai sikap adil dalam kondisi seperti apapun itu, baik tindakan ataupun ucapan, dan dari sikap adil yang dijelaskan Pramoedya diatas tersebut, juga akan lahir sifat tanggung jawab dan jujur. Hal ini menjelaskan beberapa moral yang benar dalam pemimpin yang akan menjadi contoh  bagi masyarakat sehingga terwujudnya nilai-nilai dalam pancasila sebagai dasar negara.

Kedua, seorang pemimpin yang ideal haruslah seorang yang memiliki tingkat intelektualitas yang memadai. Apa yang dimaksud bukan soal jumlah atau tingginya gelar formal. Yang dimaksud adalah keluasan, kedalaman, dan kepekaan wawasan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa. Keluasan, kedalaman dan kepekaan wawasan ini pada akhirnya akan tercermin pada setiap kebijakan yang akan diambil. Pemimpin yang cerdas akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang cerdas yang tentu saja setelah melalui analisa-analisa mendalam.  Menurut filsuf yunani Plato pernah mengatakan “masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang dipimpin oleh seorang filsuf”. Karena seorang filsuf menurutnya adalah orang yang paling tahu tentang  makna dan hakikat kehidupan. Dan hanya seorang filsuf yang mampu menganalisa secara mendalam  dalam setiap kehidupan,  sehingga ia menganggap seorang filsuf memiliki sikap dan tingkat intelektual yang sangat tinggi, mungkin setara dengan sifat sempurna.

Ketiga, sebagai seorang muslim, kita pasti selalu berusaha menjadi yang sempurna dimata Allah. Oleh karena itu tingkat intelektual yang tinggi dan moral yang baik tidak akan tercapai apabila seorang pemimpin itu tidak memiliki tingkat ‘ketauhidan’ yang kuat. Karena keyakinannya kepada Allah membuatnya selalu tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang sesuai syariat islam mana yang bukan. Apabila seorang pemimpin tidak memiliki ‘keyakinan’ yang kuat kepada Allah SWT, tentu  saja saat dia menjabat sebagai pemimpin ia akan membawa bangsa ini kepada kehancuran karna tidak ada asas islam sendiri di dirinya.

Keempat, seorang pemimpin bangsa ini harus independen. Yang saya maksut independen disini adalah sebagai pemimpin bangsa harus dapat menjaga independensinya dalam kebijakan maupun sikap yang diambilnya, jangan sampai ada intervensi dari pihak bangsa asing seperti kejadian-kejadian di masa lalu. Apabila ada intervensi dari pihak bangsa asing, harusnya ia sadar bahwa bangsa asing tak pernah mengindahkan kepentingan bangsa ini, seorang revolusioner bangsa ini Tan Malaka pernah mengatakan “akuilah dengan hati bersih bahwa kalian dapat belajar dari orang barat. Tapi jangan sekali-kali kalian meniru dari orang barat. Kalian harus menjadi murid-murid dari timur yang cerdas”.

Dengan demikian, sebagai seorang muslim, kita harus mampu memilih pemimpin yang memiliki tingkat ketauhidan yang kuat serta intelektualitas yang tinggi untuk menjadi seorang revolusioner bangsa yang bermoral nan independen sehingga mewujudkan cita-cita bangsa indonesia yang telah tercantum didalam pancasila. Dan mungkin inilah harapan saya sebagai seorang pribumi. Coba kita bayangkan negeri kita yang besar dan kaya ini dipegang oleh seorang kafir yang minimnya tingkat intelektual lalu menganggap dirinya mampu menjadi pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini berikutnya, sungguh makin hancur bangsa ini. Marilah kita berharap kepada Allah SWT akan mengirimkan sosok pemimpin bangsa seperti kriteria diatas agar terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun