Pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2019 yang lalu, Mendikbud Muhadjir Effendy menyatakan bahwa dunia pendidikan kini telah memasuki fase baru.Â
Para guru dituntut untuk mengembangkan desain pembelajaran berbasis teknologi digital dengan nuansa khazanah Indonesia. Proses pendidikan harus membawa perbaikan kehidupan dan menjawab tantangan zaman. Kehadiran Revolusi Industri 4.0 telah banyak berpengaruh pada cara hidup, bekerja dan belajar.Â
Banyak peranan manusia kini digantikan oleh benda-benda smart (pintar) atau alat teknologi yang dibekali dengan rumus logaritma super canggih. Fakta bahwa kini kita memasuki belantara digital yang serba mudah, cepat, dan instan.Â
Sebagai contoh, jika kita ingin membeli makanan tak perlu lagi beranjak keluar rumah, cukup bermodal smartphone dan aplikasi Go Food makanan sudah siap di depa pintu rumah kita. Kemampuan tersebut disebut dengan kecerdasan artifisial.
Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran platform pembelajaran berbasis digital memudahkan anak didik untuk belajar dimana pun dan kapan pun. Hari ini anak didik terkadang lebih tahu dari gurunya, pengetahuan tersebar  di berbagai penjuru dan mudah diakses tanpa bantuan guru.Â
Dengan demikin, seoalah anak didik memiliki guru artifisial yang mengakomodasi segala informasi pengetahuan yang mereka butuhkan. Pola pendidikan konvensional, identik dengan proses transfer informasi dari guru kepada siswa tidak lagi menjadi lebih penting. Karena semuanya telah disajikan guru artifisial dengan platform pembelajaran online.
Telah menjadi pemahaman dan kesepakatan, bahwa pendidikan bukan hanya sekedar transfer information (pengetahuan) kepada anak didik. Lebih jauh lagi, pendidikan adalah proses untuk transfer of value (pewarisan nilai dan karakter).Â
Benda-benda smart tidak akan mampu menghadirkan sisi kemanusiaan. Teknologi dan turunannya tidak bisa menjadi sosok teladan yang membina karakter dan akhlaq.
Begitu pula dengan platform pembelajaran online (guru artifisial) dan media digital lainnya tidak mampu memenuhi kebutuhan perasaan, menunjukkan empati, memberikan apresiasi, bersimpati dan memotivasi. Kecerdasan artifisial tidak akan mampu menggantikan manusia dalam  bidang multi-disipliner, kreatif, dan interaksi manusiawi.Â