Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Papeda, Sajian Pangan Lokal Indonesia Timur Penuh Nutrisi

24 Februari 2020   14:06 Diperbarui: 24 Februari 2020   14:18 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu makan siang ala Indonesia Timur bersama Papeda (pic: deddyhuang.com)

Ketika Papeda sudah disentuh rasanya begitu otentik. Sampai saat ini pun saya tidak bisa lupa akan rasanya yang begitu unik.

Kelak, anak cucu kita masih dapat menjumpai dan menikmati segala macam kenikmatan resep asli nenek moyang Indonesia.

***

Lengket, bertekstur kenyal dan berwarna bening keabu-abuan seperti lem. Mencoba suapan pertama masuk ke dalam mulut. Rasa yang ditawarkan unik untuk orang yang baru pertama kali mencoba pangan lokal khas Maluku dan Papua.

Dari meja makan tercium aroma lezat semangkuk sajian ikan kuah kuning yang menjadi teman menyantap Papeda. Sup ikan berkuah kuning itu lebih dahulu dituangkan ke piring kosong, mengalasi Papeda agar tak lengket di piring.

Hari itu merupakan malam pertama saya tiba di Waisai, Raja Ampat. Tempat yang orang sebut last paradise bagi penyelam dari seluruh dunia. Berada di pulau yang jauh dari sinyal telepon membuat saya jadi lebih dekat dengan alam. Deburan air laut begitu menenangkan.

Saya diberitahu oleh guide lokal sewaktu tiba di Raja Ampat, kalau jangan bosan untuk menyantap hasil tangkapan ikan dan Papeda sebagai menu makan. Papeda bagaikan darah daging untuk orang lokal Papua. Makanan ini berbentuk sagu yang dipanaskan dengan air. Proses bikinnya tidak terlalu rumit.

Tanaman Sagu Harga Diri Orang Lokal
Rata-rata di beberapa wilayah pesisir dan dataran rendah di Papua, Ambon dan Maluku, tanaman sagu merupakan bahan dasar dalam berbagai makanan. Olahan sagu seperti Papeda ini merupakan sajian kuliner masyarakat adat yang wajib disediakan saat acara-acara penting di wilayah Papua, Maluku, dan sekitarnya. Sehingga tak heran jika Papeda menjadi salah satu warisan kuliner Nusantara yang khas.

Sebagai makanan tradisional yang khas, Papeda menyimpan riwayat sejarah. Saya diceritakan kalau bagi masyarakat adat Papua, tanaman sagu lebih dari sekadar makanan lezat. Karena menjadi harga diri atau pride maka tanaman sagu kerap hadir dalam berbagai ritual masyarakat adat di pesisir dan dataran rendah Papua.

Misalnya dalam budaya patriarki masyarakat adat Asmat, setiap tahun digelar pesta ulat sagu. Ulat Sagu bisa dimakan mentah-mentah. Ia memiliki rasa yang gurih dan sedikit beraroma sagu. Jika digigit, dari perutnya akan mengeluarkan cairan manis. Namun, dengan bentuk tubuhnya, masih banyak orang yang tidak mau mengkonsumsi Ulat Sagu.

Pesta ulat sagu menjadi satu-satunya hari ketika perempuan Asmat boleh memasuki rumah komunal tempat setiap lelaki dewasa bertempat tinggal di kampung tradisional Asmat. Para perempuan berpesta dilayani para suami yang memasak untuk mereka. Ritual ulat sagu ini menjadi ritual memuliakan perempuan Asmat, dan pesta ulat sagu selalu menebar energi baru bagi tiap kampung Asmat untuk melanjutkan kehidupan mereka sebagai manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun