Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

"Pulang Malu, Gak Pulang Rindu"

7 Juni 2018   10:38 Diperbarui: 7 Juni 2018   18:20 3247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mudik: radarbekasi.id

"Ded, ada uang 300 ribu nggak? Aku mau pinjam buat beli tiket kereta, uangku kurang. Malu aku kalau minta sama orangtuaku." Isi pesan singkat dari salah satu temanku membuat saya berpikir dua kali. Pertama apakah dia akan membayar pinjamannya? Kedua, sebagai anak rantauan tentu secara finansial sering kali kurang.

Ingin sekali merasakan mudik, tapi saya lupa di mana kampung halaman saya.

Ketika kalian dari lahir dan tinggal di satu kota saja, maka jangan berharap bisa merasakan yang namanya mudik ke kampung halaman. Itu yang yang rasakan hingga sekarang. Kadang ada rasa ingin mudik, supaya ikut merasakan susahnya mencari tiket harus begadang tengah malam untuk mencari tiket promo, setiap hari rajin cek promosi travel, menyimpan uang untuk membeli oleh-oleh untuk keluarga, lelahnya di perjalanan sambil menenteng barang bawaan, dan terakhir ada orang yang kita rindukan saat di tanah rantau.

Pengalaman mudik seperti itu yang belum pernah saya rasakan, bagaimana dengan kalian? Saya yakin kalian jauh-jauh hari sudah mempersiapkannya.

Lebaran Identik Mudik

Lebaran tinggal menghitung hari. Mudik adalah waktunya bagi perantau yang tinggal jauh dari kota kelahirannya untuk pulang. Tradisi ini tiap tahun selalu terjadi. Ada raut bahagia ketika tiket sudah berhasil didapatkan. Ternyata, banyak perjuangan yang harus dilalui sekadar untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga.

Jakarta masih menjadi kota impian saya untuk merantau. Ada banyak alasan dan pertimbangan mengapa saya memilih ingin merantau ke Jakarta. Selain kota itu mengalami perkembangan pesat, juga memiliki peluang yang besar. 

Dulu, yang saya tahu bagi kita yang tinggal di daerah ingin sekali mengubah nasib datang ke Jakarta. Walaupun di saat tanah rantau kita tidak tahu apakah kita berhasil dan sukses. 

Saya bisa merasakan dilema anak rantau saat rindu ingin pulang ke kampung halaman, namun ada rasa malu untuk pulang karena merasa belum berhasil dan saat pulang kampung nanti tangan kosong tidak membawa apa-apa termasuk THR. Dilema itu bisa saya rasakan dari salah seorang teman saya yang merantau di Jakarta. Padahal berhasil atau tidak kita di tanah rantau ada keluarga yang akan tetap menerima kita dalam kondisi apapun.

Mudik menggunakan motor (sumber : berita trans)
Mudik menggunakan motor (sumber : berita trans)
Mengambil kata 'udik' dari mudik memiliki arti kampung atau desa. Sehingga mudik bisa diartikan sebagai aktivitas seseorang pulang ke kampung halamannya. Jutaan orang secara gerombolan akan pulang ke kampung agar bisa bersimpuh depan orangtua mereka. Bisa dipastikan saat lebaran, orang-orang yang merantau di kota-kota besar akan pulang kembali ke kampung halamannya.

Fenomena khas ini barangkali hanya ada di Indonesia yang dapat menguras emosi. Bisa kita lihat kadang orang harus menangis demi mendapatkan tiket pulang, namun ada raut menyentuh ketika kita mudik bersama orang-orang baru yang belum dikenal. Namun itulah esensi dari mudik bukan?

Mudik Nyaman, Aman dan Selamat

Di Palembang, walau sekarang jalanan sudah macet parah seperti Jakarta membuat sulit untuk bergerak. Rata-rata orang yang tinggal di Palembang adalah orang datangan dari daerah lain di luar kota Palembang. Nah, biasanya mereka akan melakukan mudik melalui jalur darat, baik menggunakan mobil atau motor.

Memiliki pengalaman berkeliling daerah-daerah yang ada di Sumatera Selatan setidaknya memberikan saya gambaran jalur lintas Sumatera ini. Kalian perlu banyak persiapan saat ingin mudik melalui jalur lintas Sumatera. Alasannya karena faktor jalur lintas Sumatera berbeda dengan seperti di Jawa. Ada banyak mitos-mitos yang saya dengar mengenai jalur lintas Sumatera. Maka dari itu menarik untuk saya bagikan informasi mengenai mitos tersebut. 

#1 Jalur masih banyak hutan 

Melewati hutan dan perkebunan (sumber : fainun.com)
Melewati hutan dan perkebunan (sumber : fainun.com)
Jalur lintas Sumatera memiliki titik hubung saling berkaitan, kalian dapat mengemudikan kendaraan bisa ke arah atas yaitu kota Jambi, Padang hingga Aceh. Sedangkan ke arah bawah bisa menuju Bengkulu dan Lampung. Selain itu juga bisa menghubungkan daerah luar kota Palembang sendiri.

Memang benar kalau area jalur lintas sumatera masih memiliki hutan yang lebat. Namun bukan sepenuhnya hutan melainkan juga akan melintasi perkebunan sawit dan karet, dua komoditi ini adalah komoditi utama bagi warga daerah setempat. Selain itu tidak sepenuhnya juga kalian akan berjumpa dengan hutan, tetap ada warga lokal yang siap membantu kalian.

Selain itu ada baiknya juga saat kalian berkendara bisa konvoy dengan kendaraan lain agar kebersamaan lebih terasa.

#2 Jarang bertemu SPBU

SPBU ada ditiap kota (sumber : fainun.com)
SPBU ada ditiap kota (sumber : fainun.com)
Indonesia itu unik. Kenapa saya bilang unik, sebab Pertamina sebagai BUMN ternyata memiliki saudara yang biasanya ikut berjualan tidak jauh dari SPBU Pertamina. Adik dari Pertamina adalah Pertamini. Kalian dapat dengan mudah berjumpa dengan para penjual bensin eceran apabila kondisi tangki bensin akan habis itupun kalau kondisi terdesak.

Faktanya sepanjang kalian berkendara melewati lintas sumatera maka akan selalu ada SPBU resmi yang siap membantu. 

#3 Tidak ada Rest Area

Rest area bisa di SPBU, rumah makan atau masjid (sumber : fainun.com)
Rest area bisa di SPBU, rumah makan atau masjid (sumber : fainun.com)
Ditakutkan dengan mitos tidak ada rest area tentu membuat kita berpikir untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan termasuk makanan. Saya pernah dalam perjalanan ke Jambi, dengan kondisi sudah malam hari membuat kami harus beristirahat sejenak di rumah makan. 

Kalian tidak akan asing dengan nama rumah makan khas Padang dengan nama Pagi Sore, Siang Malam, atau Sederhana. Umumnya deretan nama rumah makan itu akan menjadi tempat untuk para pemudik untuk istirahat. Selain rumah makan, ada banyak masjid yang bisa menjadi tempat rest area sekaligus kalian bisa menumpang untuk menjalankan sholat. Sebab, apabila kondisi tubuh sudah lelah sewaktu mengemudi adalah baik untuk istirahat sejenak.

#4 Kondisi jalan banyak rusak

road trip jalur lintas sumatera (sumber : fainun.com)
road trip jalur lintas sumatera (sumber : fainun.com)

Saya juga tidak menyangkal kalau ruas jalan lintas sumatera banyak rusak, bergelombang dan bolong. Namun ketika kalian sudah mengetahui medan jalan lintas sumatera maka kalian sudah dapat mengambil persiapan agar tetap fokus pada saat mengemudik. Apalagi jalanan lintas sumatera cenderung lurus, naik turun dan sedikit berkelok. 

#5 Banyak kendaraan besar

Ruas jalan berbagi dengan mobil besar (sumber : fainun.com)
Ruas jalan berbagi dengan mobil besar (sumber : fainun.com)
Perlu diketahui kalau jalur lintas sumatera memang dikuasai oleh truk gandeng bermuatan semen, sawit, karet dan sebagainya. Kendaraan umum harus berbagi ruas jalan. Hal yang saya takutkan adalah ketika orang-orang menggunakan sepeda motor yang langsung menyalip begitu saja, sedangkan jalanan di beberapa daerah banyak yang rusak. Otomatis akan kena patok 2, kalau orang Palembang bilang patok 2 itu masuk kuburan. Apalagi kalau pada saat mudik bertemu dengan situasi truk yang mogok atau kecelakaan, tentu saja dapat menambah jam macet. Namun informasi yang saya dapat menjelang lebaran truk-truk dilarang untuk masuk agar tidak menambah volume kemacetan dan rawan kecelakaan.

Satu hal lagi yang paling penting saat mudik adalah jangan melupakan untuk mengecek kondisi kendaraan kalian saat mudik. Kemudian pastikan ada orang pengganti untuk mengemudi apabila tubuh sudah lelah. Mudik memang melelahkan dan membutuhkan biaya besar. Meski penuh perjuangan, mudik menjadi tradisi yang tak lekang oleh waktu. Semua lelah di perjalanan terbayar saat bisa sampai di rumah bertemu keluarga.

Selamat mudik ya teman.

Baca tulisan saya lainnya tentang THR Kompasiana di sini.

Kompasianer Palembang
Kompasianer Palembang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun