Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Target Hidup Tak Berjalan Sesuai Rencana, Apa yang Kamu Lakukan?

16 Mei 2018   22:07 Diperbarui: 17 Mei 2018   22:47 1992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alquran (sumber : pixabay.com)

Tepat tiga tahun, ada momen yang masih tersimpan dalam pikiran. Membekas bagaikan paku yang telah dicabut di kayu. Hati saya lumayan getir membaca situasi perusahaan terakhir. Teman-teman saya dari cabang lain memberi kabar divisi yang akan terkena dampak penyusutan karyawan. Kami yang ada di cabang hanya menunggu ketok palu dari pusat. Dan tidak perlu bermain tebakan, giliran saya pun tiba harus menyelesaikan masa kontrak sehabis lebaran.

Bagaimana mendapat pekerjaan baru di saat kebanyakan perusahaan mengalami penyusutan? Selain itu bulan Ramadan, jarang sekali Human Resource menerima pegawai baru sebelum lebaran. 

Perasaan sama bukan hanya saya saja yang merasakan, Fahrul -- teman saya di divisi berbeda -- juga mendapatkan telepon dari atasannya di Jakarta. Bahasa tubuhnya menandakan kalau siap tidak siap efisiensi kerja harus terjadi untuk kami. Dia salah satu teman kantor akrab walau gayanya kadang menjengkelkan. Sore itu kami berdua duduk di depan kantor menatap senja sambil menemaninya menutup pintu kantor.

Berada Di Titik Terendah

Menyerah atau Bertahan (sumber : pixabay.com)
Menyerah atau Bertahan (sumber : pixabay.com)

Lumayan sulit menjaga mood kerja saat tahu sebentar lagi tidak bermanfaat bagi perusahaan. Pekerjaan di kantor juga tidak banyak yang bisa dikerjakan, sebab kerjaan saya memang hampir tidak ada selain datang ke kantor dan absensi. Suasana dalam ruangan kantor hanya tinggal 4 orang, termasuk saya dan Fahrul. Sisanya ada Tomi yang akhir bulan kontraknya selesai dan beruntung dia cepat mendapatkan pekerjaan baru. Kata kami, wah rejeki pengantin barunih. Pernahkah kalian mendengar ungkapan seperti itu? Percaya?

Tidak ada yang tahu dari mana datangnya rejeki, sebagian orang bilang rejeki datang jika sudah berusaha keras. Tapi kalau sudah berusaha dan belum juga tampak? Tandanya ada sesuatu yang harus kita selidik kembali.

Dalam satu hari ada sekitar 5 lamaran saya kirim melalui situs pencari kerja. Tidak hanya di Palembang melainkan Jakarta dan kota lain juga saya kirimkan lamaran. Sejak tahu kontrak kerja saya akan dihabiskan, dua minggu juga belum mendapat respon panggilan. Tentu saja kondisi ini membuat hati saya makin gusar karena merasa waktu semakin terbatas. Jika sudah diambang tingkat stres seperti itu, saya akan langsung menyeduh kopi untuk menenangkan diri.

Ketuk Pintu Lebih Kencang

Ketuklah Tiap Pintu (sumber : pixabay.com)
Ketuklah Tiap Pintu (sumber : pixabay.com)

Saat itu saya melirik ke arah Fahrul baru saja menyelesaikan sholat Dzuhur. Dia salah satu teman muslim saya yang lurus. Digoda seperti apa dia tidak bergeming, saya saja yang kadang usil suka menggodai dia. Sholat rajin tak lepas dari Dzuhur, Ashar, dan Maghrib, sisanya saya tidak tahu karena tidak melihat langsung. Namun, saya percaya dia menjalankan kewajiban sholat. Setiap bertemu masjid dia pasti akan singgah, selesai menemani dia sholat kami berteduh sebentar karena udara dalam masjid selalu sejuk.

Selesai Fahrul merapikan sajadah dan memasukkan ke dalam tas, dia mengeluarkan al-quran kecil dari dalam laci meja kerjanya. Ruangan kerja kami tidak besar, samar-samar saya mendengar dia sedang berzikir.

"Gimana sudah dapat kabar?" tanya saya ke Fahrul satu siang tak lama setelah dia selesai berzikir.

"Belum," jawab dia sambil menyenggir. Mimik wajahnya sulit ditutupi. Saya melihat dia sendiri juga sedang mencari info lowongan pekerjaan dari layar monitor yang sedang dibuka.

"Sudah mulai stres lum?" tanya saya kembali.

"Kun Fayakun." Fahrul menutup al-quran yang baru selesai dibaca.

Saya tahu arti Kun Fayakun dari Fahrul. Kalimat sakti Allah atas kehendakNya yang membuat kegelisahan saya mulai melunak. Bahwa apabila ikhlas dan terhimpit pada suatu keadaan yang tidak menyenangkan, hal yang bisa kita lakukan hanya berikhtiar dan tawakal menunggu pertolongan Allah.

"Mungkin saja kita harus mengetuk pintu lebih keras supaya didengar. Caranya? Perbanyak zikir, sholat bila perlu tahajud. Apalagi ini bulan Ramadan. Itu yang diajarkan dalam agamaku. Jika memang kita diberikan pekerjaan berarti memang rejeki kita," serunya. Entah mengapa kalimat terakhirnya bagaikan setrum di pikiran saya tentang membuka pintu rejeki. Kesibukkan kerja selama ini memang membuat kita lebih mementingkan target kerja menjadi prioritas daripada target spiritual.

Balance life (sumber : pixabay.com)
Balance life (sumber : pixabay.com)
Bukankah hidup itu harus seimbang? Seperti Yin dan Yang dalam kepercayaan saya.

Saya bukan orang suci, namun obrolan dengan Fahrul saat itu memberikan tamparan bagi saya. Ada kelegaan hati setelah bisa melepaskan unek-unek di dalam diri.

Ada Pelangi Sehabis Hujan

Saya percaya Tuhan itu senantiasa akan membuka jalan keluar dari semua kesulitan yang dialami oleh umatNya, dan menunjukkan jalan menuju kesuksesan. Hal yang saya imanin adalah burung saja Tuhan beri makan, mengapa kita makhluk ciptaanNya harus takut kelaparan?

dok: screenshot pribadi
dok: screenshot pribadi
Hari ini, saya baru saja menghubungi Fahrul lewat pesan Whatsapp agar menjaga silaturahmi. Saya memberikan ucapan selamat menyambut Ramadan, ucapan yang biasa saya berikan ke teman-teman muslim. Sudah jarang kami bercakap, walau hanya sekadar say hello. Kesibukkan saya saat ini terkadang harus traveling lama untuk mencari konten. Teman-teman saya sendiri pun tahu kalau saya lebih jarang di Palembang, jadi biasanya saya sendiri yang suka membuat janji untuk bertemu mereka.

Fahrul sendiri tentunya juga punya kesibukan dan seperti biasa dia selalu menjengkelkan ketika ditanya. "Biasolah, ado gawe," balasnya pakai bahasa Palembang yang artinya seperti biasa ada kerjaan. Jawaban Fahrul termasuk ungkapan bagi orang Palembang yang selalu punya kesibukkan.

Ramadan kali ini saya ingin sekali bisa berkumpul dengan teman-teman kantor lama saya, termasuk Fahrul. Rindu untuk bercerita momen lama kami saat masih jadi teman satu kantor. Itulah hidup, sama seperti traveling. Tidak peduli seberapa jauh kaki melangkah melainkan seberapa banyak kenangan yang sudah pernah dibuat.

Semoga saja target bulan Ramadan tahun ini tercapai, bisa bertemu teman-teman kantor lama saya. Sebab inilah momen yang tepat saya rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun