Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Harusnya Pemerintah Menolak Tegas Pakaian Bekas Masuk ke Indonesia

24 Maret 2023   17:57 Diperbarui: 24 Maret 2023   18:06 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Trend pemburu thrifting sedang marak, yaitu kegiatan berbelanja barang bekas dari luar negeri yang murah dan kebanyakan bermerek internasional. Thrifting yang berasal dari kata "thrif" (mahal), tidak mengenal usia dan jenis kelamin. Hanya saja usia  muda lebih mendominasi dari usia yang lebih tua.

Dengan menjamurnya toko atau gerai thrif, mempermudah pembeli dalam memilih barang yang disukai sesuai selera.
Meskipun barangnya sama, pakaian bekas yang dipajang teratur di gerai-gerai lebih terkesan elegan dan bergengsi. Berbeda dengan yang di pasar loak, pakaian jadi satu dan semrawut terkesan barang murah yang tidak berkualitas.

Namun pada zaman sekarang, dengan kemajuan teknologi barang bekas tersebut banyak juga dipasarkan secara online.
Lihat saja contoh iklan thrif berikut :

"HIKOS Hijabers Korean Style Kaos Lengan Panjang Motif Polkadot dan Garis".

Brand Hikos dari Korea Selatan tersebut menjadi sasaran pemburu thrifting. Juga merek-merek terkenal  dari negara-negara maju yang lainnya.

Praktik thrifting sebenarnya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Bahkan saya sendiri tahun 90an sudah memborong barang-barang bekas terutama tas-tas bermerek yang saya jual lagi ke pengguna.

Saya belanja di Malioboro Yogyakarta dengan harga sangat murah dan dijual lagi dengan harga sangat mahal.

Saya contohkan, dari pembelian sebuah tas dengan harga 20.000 rupiah saya bisa menjual seharga 200.000 rupiah. Harga tersebut masih jauh lebih murah dibanding dengan harga tas baru merek yang sama. Otomatis keuntungan yang saya dapatkan sangat besar.

Sebelum saya menulis lebih jauh seputar thrifting, saya ceritakan sedikit kenangan ketika saya sekolah dulu.

Menurut cerita guru ekonomi saya ketika SMA dulu, orang Indonesia gampang dibodohi oleh orang luar negeri. Saya masih ingat,  terbayang jelas ekspresi wajah siswa sekelas yang terbengong.

"Kalian tau, barang-barang mewah dan bermerek yang dibeli orang-orang Indonesia di luar negeri itu buatan kita sendiri!" Begitu penjelasan pak Rochim kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun