Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Diary

Puncak Bahagiaku

3 Oktober 2022   18:55 Diperbarui: 3 Oktober 2022   19:04 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

   Apa yang kita rencanakan dan kita harapkan belum tentu Tuhan langsung mengabulkan.Semua butuh proses untuk meraih apa yang kita harapkan.Dan perasaan bahagia lebih nikmat ketika harus mengalami kendala-kendala di tengah perjalanan terlebih dahulu.Berbeda dengan tahapan-tahapan yang dilalui dengan lancar maka kebahagiaan yang diraih terasa biasa saja karena merupakan hal yang wajar.
   Adalah anakku nomer dua yang kuliah dengan target awal bisa meraih gelar sarjana dengan waktu maksimal 4 tahun.Namun apa yang diharapkan tidak sesuai yang direncanakan.Tahun ke-4 masa kuliah sudah mulai proses skripsi,dan bayangan untuk menyelesaikan masa kuliah lebih cepat seperti di depan mata.Seiring berjalannya waktu ternyata skripsi tidak bisa selesai dengan cepat.Ada saja kendala yang dihadapi,dari dosen pembimbing yang susah ditemui karena berbagai hal,rasa malas karena terbentur masalah percintaan yang kandas,sampai hoby merawat burung yang menyita waktu.Bahkan kecanduan game online juga menjadi faktor penggarapan skripsi tersendat.Hal yang terakhir yang sangat membutuhkan pengertian untuk menyadarkan.Aku sebagai orang tua sangat berhati-hati mengungkapkan keluhan agar tidak menjadi masalah yang akhirnya memicu anak menjadi malas menyelesaikan skripsi dan berakibat fatal.Hanya dorongan semangat yang mampu aku lakukan meskipun ada rasa tidak sabar mengingat semakin lama menempuh masa kuliah semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan.Belum lagi menanggung beban rasa malu karena banyak teman seangkatan yang sudah menjadi sarjana.Sementara anakku masih berkutat menyelesaikan skripsi karena harus revisi-revisi juga.Aku harus selalu memberikan semangat dan selalu berdoa untuk kelancaran anak.Rasa malu harus kubuang jauh-jauh.Rasa dongkolpun harus kutepis.Aku hanya berkeyakinan bahwa semua sudah diatur oleh yang  Maha Kuasa.Usaha apapun jika Tuhan belum menghendaki maka belum bisa dinikmati hasilnya.
  Memang ada cerita orang lain  yang mengalami anaknya tidak selesai-selesai menggarap skripsi lalu sering marah-marah menekan dan memaksa supaya cepat-cepat diselesaikan tapi justru membuat sang anak depresi.Bahkan ada juga yang tambah stress dengan perlakuan orang tuanya.Yang lebih fatal lagi  justru membuat anaknya malas menyelesaikan dan memutuskan untuk tidak melanjutkan menggarap skripsi hingga di-DO oleh pihak universitas.Dan hal-hal  semacam itulah yang medorong aku tetap semangat untuk membantu mendorong anak menyelesaikan skripsi jangan sampai putus asa.Hingga pada tanggal 29 Februari 2020  anakku berhasil diwisuda  dan meraih gelar sarjana.Duduk di tribun diantara ribuan orang air mata kebahagiaan mengalir deras sepanjang prosesi wisuda sampai selesai di luar gedung menunggu anakku keluar untuk mengucapkan selamat meskipun hujan membasahi seluruh tubuhku.
   Ada satu orang yang sangat berperan ikut membantu membentuk karakter anakku.Ibu kos,adalah orang yang sangat keras bicaranya.Dari sisi lain memang secara umum dinilai negatif karena terlalu disiplin dan cerewet.Anakku juga sering menceritakan perlakuan dan ucapan ibu kosnya saat pulang ke rumah.Bahkan sering menjadi topik utama ketika kami mengobrol.Namun aku sangat merasakan betapa pentingnya peraturan yang diterapkan di tempat kos ketika selesai acara wisuda anakku dari gedung sebelum pulang ke kampung aku sempatkan mampir ke rumah ibu kos yang terkenal galak itu.Di situ aku tak kuasa membendung air mata sedih dan senang.Aku sedih karena sebentar lagi akan berpisah dan entah kapan bisa bertemu lagi.Dan aku menangis terharu karena kedisiplinan yang diterapkan ibu kos pada anak-anak kos yang sering membuat jengkel ternyata aku merasakan hasilnya sangat positif.Anakku tidak menjadi korban pergaulan bebas seperti umumnya anak kos yang tidak ada ibu kosnya,meskipun tidak semuanya tapi banyak juga yang terjerumus pergaulan bebas hingga menyentuh narkoba.Memang selama hidup jauh dari pantauan orang tua sering juga ada kekhawatiranku pada anakku.Tapi ada rasa ketenangan sendiri mengingat ibu kosnya disiplin,tidak boleh membawa teman perempuan masuk ke tempat kos dan bergaul dengan teman laki-laki yang dilihatnya kurang baik.Hari-hari di tempat kos adalah di bawah pengawasan ibu kos karena aku sendiri hanya bisa memantau dari jarak jauh melalui handphone.Peran ibu kos yang dinilai galak oleh anak-anak kos aku rasakan benar-benar sangat penting dan sebagai pendidik di luar jangkauan orang tua.Apa lagi ketika proses skripsi yang makan waktu lama anakku selalu ditegur oleh ibu kos untuk mementingkan menggarap skripsi dan jangan mainan hp terus.Luar biasa perhatian ibu kos sampai mengingatkan bahwa kasihan orang tua sudah banyak mengeluarkan biaya jangan sampai mubadzir.Semua itu dengan maksud supaya anakku berpikir dan semangat menyelesaikan tugas skripsi,meskipun aku sendiri tidak mengungkapkan tentang biaya kuliah pada anakku.Akhirnya kebahagiaanku bersama anak dan ibu kos serta bapak kos diungkapkan ketika kami berpamitan memohon maaf dan mengucapkan terima kasih selama bertahun-tahun ikut membina anakku.Dan hari itu juga kami berpisah dengan diiringi doa semoga bapak-ibu kos selalu diberi kesehatan.Puncak bahagiaku ternyata tidak hanya dari keluarga terdekat tapi dirasakan karena oleh orang jauh juga.

To : MG.Mahendra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun