Mohon tunggu...
Heru Susetyo Nuswanto
Heru Susetyo Nuswanto Mohon Tunggu... Dosen - Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si.M.Ag. Ph.D - Associate Professor Faculty of Law Universitas Indonesia

Associate Professor at the Faculty of Law University of Indonesia and Human Rights Attorney at PAHAM Indonesia. Studying Human Rights toward a degree (LL.M) at Northwestern Law School, Chicago, and Mahidol University, Bangkok (Ph.D. in Human Rights & Peace Studies). External Ph.D. researcher in Victimology at Tilburg University, Netherlands. Once a mountaineer, forever a traveler...and eager to be a voice for the voiceless people. Twitter : @herususetyo FB : heru.susetyo@gmail.com; e-mail : heru@herususetyo.com; IG : herususetyo2611

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Enggano: Dekat di Mata Jauh di Hati

9 Maret 2021   12:04 Diperbarui: 9 Maret 2021   13:56 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Enggano?  dimana tuh?

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, nama Enggano tidaklah terlalu populer sebagai salah satu pulau terluar di Indonesia. Nama-nama seperti Sabang,  Natuna, Miangas, Rote, hingga Morotai jauh lebih populer di ingatan publik. Padahal  apabila dicermati di peta,  letak Pulau Enggano adalah paling dekat dari Jakarta,  apabila dibandingkan pulau-pulau tersebut di atas. Ia terletak di Lautan Hindia di sisi barat Pulau Sumatera berseberangan dengan Propinsi Bengkulu dan Propinsi Lampung. 

Warga Jakarta yang sangat mengenal Enggano pastinya adalah warga Jakarta Utara, terutama warga Tanjung Priok. Karena, Enggano adalah nama sebuah ruas jalan raya  di dekat Pelabuhan Tanjung Priok.  Tapi, pastinya, mereka yang setiap hari melewati jalan Enggano pun belum tentu tahu dimana letak Pulau Enggano apalagi pernah mengunjunginya.

Dan kami adalah sedikit orang yang beruntung bisa mengunjungi Enggano.  Ketika tidak banyak orang Bengkulu yang juga pernah mengunjungi pulau terpencil yang terletak di Samudera Hindia ini.  Kendati terpisah jarak 156 km dari Ibukota Propinsi Bengkulu (arah barat daya) dan terpisah lebih jauh lagi dari Ibukota Kabupaten Bengkulu Utara (Argamakmur),  Enggano tetap menjadi bagian dari Propinsi Bengkulu.  Uniknya lagi,  ia adalah satu kecamatan yang menjadi bagian dari Kabupaten Bengkulu Utara.  Padahal Kabupaten Bengkulu Utara bukanlah Kabupaten terdekat dengan Pulau Enggano.   Apabila ditarik garis lurus,  maka titik terdekat ke Pulau Enggano adalah dari Kabupaten Kaur di Propinsi Bengkulu bagian selatan,  atau malah lebih dekat ke Kabupaten Pesisir Barat Propinsi Lampung. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Impresi pertama ketika melihat Enggano adalah pulau ini dipenuhi dengan pohon pisang. Sejauh mata memandang,  entah dari udara atau dari kapal laut, kebun-kebun pisang berserakan dimana-mana.  Tak heran, pisang menjadi komoditi utama pendapatan penduduk Pulau Enggano.   Pemandangan yang ada di pelabuhan ferry Malakoni adalah melulu truk-truk pembawa pisang yang memasuki badan ferry ,untuk melabuhkan pisang Enggano ke daratan pulau Sumatera melalui Pelabuhan Bengkulu.   

Beruntung-lah Allah SWT memberkahi pulau yang lumayan luas (seluas 397km2 alias dua kali luas kota Depok) walau terisolir ini dengan tanah yang teramat subur.   Disamping pisang,  sawah, palawija, hingga hutan belantara tumbuh subur disini.   Ibaratnya,  cukup melempar bibit tanaman dan otomatis tanaman akan tumbuh sendiri tanpa perlu perawatan ekstra seperti halnya di negeri-negeri gurun pasir. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Alam Enggano memang indah dan tanahnya luar biasa subur. Namun tetap saja ia jauh di hati masyarakat Indonesia.   Padahal Bali, Lombok, Pulau Komodo, Labuhan Bajo, Wakatobi, hingga Raja Ampat adalah lebih jauh dari Enggano,  namun lebih populer di benak rakyat penyuka travelling.  Sebabnya?  bisa jadi karena promosi dan fasilitas di pulau cantik ini yang masih terbatas.  Lalu, transportasi, akomodasi dan komunikasi yang juga masih belum optimal.  Ditambah lagi dengan ketersediaan listrik yang (pada Februari 2021 ini) hanya menyala 14 jam setiap harinya.  Antara jam 12.00 - 17.00 dan 00.00 - 05.00 listrik akan dimatikan.  Membuat irama kerja dan proses belajar mengajar hingga pelayanan kesehatan pun disesuaikan.   

Kapal ferry yang melayani rute Enggano- Bengkulu pp hanya ada 2 (dua) kali dalam sepekan.  Itupun hanya satu kapal.  Ada memang satu kapal lagi,   yaitu kapal perintis,  namun (pada saat tulisan ini dibuat) masih dalam keadaan rusak mesin-nya.  Layanan transportasi udara tersedia dari Bandara Bengkulu ke Bandara Perintis di Enggano untuk seminggu dua kali.  Menggunakan pesawat kecil Susi Air berkapasitas 12 orang saja.  Thanks to Susi Air and Ferry yang menjadi jembatan masyarakat Enggano dengan daratan Sumatra ! 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sejatinya Enggano amat mampu berpotensi untuk berkembang.   Tanah subur adalah satu nilai tambah.  Nilai tambah lain adalah potensi pariwisata yang keren.    Pantai/ Kolam Podipo di Cagar Alam (masuk Desa Kahyapu) yang luar biasa cantik dengan pasir putih-nya.  Wisata Pantai Komang-Batu Lobang di Desa Banjarsari yang amazing dan unik.  Juga  spot Bak Blau di Desa Meok yang amat instragrammable.  Muara sungai-nya berwarna hijau yang serupa laguna dikelilingi dengan pepohonan lebat.  Dilengkapi pula dengan jembatan kayu berwarna merah yang tentunya pantang dilewatkan para selebgram !

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sedihnya,  akomodasi dan komunikasi di Enggano jauh dari prasyarat ideal jadi destinasi pariwisata kelas nasional,  apalagi kelas dunia.  Hotel yang layak ditinggali mungkin hanya ada satu-dua.  Selebihnya hanya serupa homestay.  Jaringan selular dan internet masih terbatas dengan akses yang juga lambat.  Mesin ATM hanya tersedia satu buah di seluruh pulau dan juga tidak selalu buka dan tidak selalu ada uang-nya.  Jalan darat yang menghubungkan enam desa dari utara ke selatan (atau barat ke Timur) mulai dari Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana,  hingga Kahyapu sebagian-nya rusak atau terancam rusak parah.  

Ini mungkin salah satu resiko dan (nasib) jadi salah satu pulau terluar di Indonesia.  Infrastruktur dan fasilitas umum terbatas.  Yang  membuat mimpi-mimpi anak bangsa menjadi terbatas juga.  Membuat cita-cita tunas-tunas muda jadi disesuaikan dengan kondisi.  Sekolah menengah negeri hanya satu di pulau ini dan tak tersedia perguruan tinggi.  Jalan satu-satunya untuk sekolah tinggi adalah ke daratan Sumatra atau ke pulau lain di Indonesia.   Yang tentunya tidak mudah dan tidak murah.  Para orangtua mesti merogoh saku lebih dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun