Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Perdukunan

3 April 2013   07:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:49 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13649492851329432747

[caption id="attachment_245828" align="aligncenter" width="525" caption="Iklan berkaitan dengan perdukunan di Australia. Foto diambil dari The Daily Telegraph, 1April2013"][/caption] Kecenderungan manusia adalah tidak merasa nyaman berada dalam keadaan bingung terlalu lama.  Terutama jika menyangkut kebingungan untuk memutuskan sesuatu yang menyangkut masa depannya dan dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit.  Untuk mendapatkan kepastian yang bisa dipakai dasar untuk memutuskan kadang menempuh jalan singkat melampaui batas penalaran sehat. Ketidak-pastian masa depan itu disebabkan oleh banyak hal.  System yang ada di lingkup sosial tidak memberinya jalan keluar.  Usaha riil dianggapnya telah buntu karena terbatasnya sumber pendukung yang diperlukan. Misalnya keadaan finansial yang terbatas, tidak didapatkannya dukungan moral dari orang terdekat, keterbatasan kemampuan diri yang tak mungkin diubah secara cepat, cara pikir yang kurang matang, pengetahuan yang minim, pengalaman hidup yang kurang luas dan sebagainya. Kita tidak bisa begitu saja menyalahkan orang-orang yang terjebak pada fenomena perdukunan. Batas antara rasionil dan irasionil begitu kabur bagi orang-orang yang terdesak keadaan. Wajarlah kalau mereka akhirnya terperosok dalam daerah remang-remang tersebut. Di India ada pergerakan bernama "Indian Rationalist Association" yang bergerak mengajarkan pada masyarakat untuk berpikir rasionil dan memerangi hal-hal yang tidak rasionil atau supertition (klenik).  Gerakan yang dipimpin oleh Sanal Edamaruku tersebut sadar akan resiko organisasinya.  Mereka dimusuhi oleh orang-orang fanatik yang masih percaya pada hal-hal gaib, ajaib atau mujizat.  Pengingkaran akan hal-hal yang bersifat ajaib (blasphemy) sama halnya menghina keyakinan orang-orang fanatik yang percaya tentang adanya keajaiban.  Terutama kalangan beragama fanatisme buta baik dari Hindu, Katolik maupun Islam. Sementara di Indonesia fenomena klenik dan supernatural malah menemukan ladang subur.  Tidak ada organisasi yang secara langsung berusaha mengajarkan masyarakat untuk berpikir dengan menggunakan rasio. Cara berpikiran rasionil diserahkan pada institusi resmi pemerintah lewat lembaga pendidikan. Padahal lembaga pendidikan hanya bersifat rasional keilmuan dan tidak sepenuhnya memberi bekal cara pikir rasionil dalam menghadapi fenomena hidup keseharian. Akhli Psikologi Kisah Adi Bing Slamet dan Eyang Subur telah menyulut pemberitaan media secara besar-besaran cukup menarik sebagai fenomena perdukunan di Indonesia saat ini.  Pemberitaan tersebut tidak saja besar liputannya, namun juga besar bila menyangkut para artis yang terlibat.  Siapa sangka bahwa dunia perdukunan ternyata diikuti oleh begitu banyak artis Indonesia.  Ada apa dengan dunia keartisan sehingga begitu banyak yang percaya pada dukun?  Apakah profesi sebagai artis adi Indonesia dalah sebuah profesi yang mengandung serba ketidak-pastian masa depannya? Kasus tentang perdukunan sebenarnya kalau mau diteliti banyak dialami oleh masyarakat biasa di hampir setiap negara di belahan dunia.  Negara barat yang telah melewati abad pencerahan dan terkenal dengan budaya pikir rasionilnya juga masih ada sebagian masyarakatnya yang percaya pada perdukunan. Bedanya adalah, masyarakat barat bisa lebih bersikap skeptis. Dan lebih banyak menyangkut masalah individu bersangkutan.  Sebab carai pikir irasional tidak didukung secara sosial.  Bahkan bisa ditertawakan atau malah dianggap tidak waras. Karakteristik umum kenapa seseorang percaya pada dukun adalah karena keadaan psikologisnya yang lemah. Keadaan lemah secara psikologis tersebut memungkinkan seseorang untuk berpikir irasionil dan rentan untuk menerima sugesti dari luar yang dianggapnya akan memberi kekuatan secara psikologis. Seorang yang dianggap dukun sebenarnya tak lebih dari seorang yang ahli dalam membaca kelemahan psikologis masing-masing individu yang datang kepadanya.  Keakhlian psikologis tersebut bisa didapat dari berguru pada orang lain atau berdasar pada pengalaman dan kematangan hidupnya sendiri.  Maka tidak heran bila mereka menyebut dirinya sebagai "mbah" atau "eyang".  Panggilan bagi orang yang dituakan atau mengacu pada pengalaman hidup yang matang. Petunjuk yang "eyang" berikan bisa dengan penekanan beda-beda pada masing-masing pasien sang dukun.  Meskipun sebenarnya petunjuk itu secara nalar sifatnya sangat umum dan bisa berlaku pada siapa saja. Namun bila bisa dikorek keterangan lebih dalam dari si pasien, semakin gampang bagi dukun untuk mengarahkan secara spesifik keadaan per individunya. Karena faktor itulah sulit membuktikan bahwa seorang dukun itu penipu.  Sebab interpretasi tindakan dukun tergantung pada masing-masing pasien. Sebagian pasien merasa dapat bantuan dari dukun, namun sebagian lagi bisa merasa bahwa dirinya tertipu. Tidak heran bila dalam kasus Adi Bing Slamet VS Eyang Subur menunai pro dan kontra dengan masing-masing pendukungnya tanpa sinyalemen jelas tuduhan konkritnya.

Kasus Penipuan

Karena keadaan psikologis yang lemah sehingga rentan dengan sugesti membuat seorang individu mudah dimanfaatkan oleh orang lain yang mengaku dirinya punya kekuatan supernatural. Keadaan individu yang lemah secara psikologis itulah yang menjadi kekuatiran banyak orang yang skeptis terhadap dunia perdukunan. Bahkan pihak yang mengaku benar-benar punya kekuatan supernatural juga mengkhawatirkan keadaan individu yang lemah tersebut.  Mereka kuatir keadaan mereka gampang dijadikan sasaran penipunan oleh orang-orang yang mengaku punya kekuatan supernatural yang jumlahnya kini makin naik. Menurut laporan koran Observer(http://www.guardian.co.uk/money/2007/feb/25/scamsandfraud.observercashsection), 20 Feb 2007 penipu yang mengaku punya kekuatan supernatural tersebut berasal dari berbagai negara:  Luxembourg, Swirtzerland, USA, Irlandia, Nigeria dan Australia. Dari data yang dikumpulkan oleh Office of Fair Trading (OFT), Inggris menyebutkan bahwa pada tahun 2006 lebih dari 170.000 orang menjadi korban penipuan dukun palsu tersebut.  Dan masing-masing orang rata-rata kehilangan uang sebanyak £240. Dari kalangan yang mengaku benar-benar punya kemampuan khusus dalam hal supernatural, mendesak pemerintah untuk mengeluarkan aturan dan perlunya sertifikasi profesi bagi para dukun yang praktek di masyarakat.  Mereka menyarankan agar ada semacam wawancara dan test kemampuan bagi para individu yang mengaku punya kemampuan supernatural.  Tentu saja hal ini mengundang pro dan kontra. Di negara maju, termasuk Australia, ramalan nasib atau kegiatan yang melibatkan dunia perdukunan dianggap sebagai "entertainment" atau hiburan.  Iklan-iklan tentang jasa supernatural di koran Australia terletak di bawah kolom "Trader" atau "Entertainment". Apakah perlu aktivitas yang sifatnya hiburan diberi aturan atau harus punya sertifikat?  Begitu pertanyaan dari orang-orang yang kontra aturan. Bagi yang pro adanya aturan dan sertifikat, mereka merasa bahwa masyarakat perlu dilindungi dari orang-orang yang mengaku dukun yang hanya bertujuan mengeruk keuntungan finansial.  Mereka memanfaatkan kelemahan masyarakat dengan jalan menipu dan menggunakan ancaman-ancaman atau menakut-nakuti memakai cara-cara yang sifatnya mengarah seolah supernatural.  Misalnya akan dapat celaka, bencana, kematian, sakit dan sebagainya bila tidak menuruti kemauan si dukun palsu. Ancaman-ancaman tersebut bisa berakibat fatal bagi orang-orang yang dalam keadaan lemah secara psikologis.

Ilmu Pengetahuan Masih Muda

Fenomena alam klenik atau supernatural masih menjadi tanda tanya besar bagi manusia di segala budaya dan peradaban.  Hingga saat ini ilmu pengetahuan belum bisa sepenuhnya menguraikan gejala supernatural.  Kalau pun berusaha diilmiahkan, tidaklah bisa memuaskan semua orang. Kasus-kasus seperti Near Death Experience (http://www.nderf.org/), reinkarnasi(http://www.beyondreligion.com/su_personal/reincarnation-index.htm), human combustion(http://en.wikipedia.org/wiki/Spontaneous_human_combustion), masih belum bisa dijelaskan sepenuhnya lewat ilmu pengetahuan meski telah ada fakta-fakta pendukung kejadian dan beberapa individu secara meyakinkan menceritakan pengalaman pribadinya. Sebagai seorang yang skeptis, fenomena supernatural tidak bisa diabaikan begitu saja dan masuk dalam kategori klenik dan irasional.  Sebab menurut sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, hal-hal yang dulunya tidak bisa diterima akal sehat menjadi suatu kewajaran setelah ilmu pengetahuan berhasil menemukan teori penjelasannya.  Misalnya bumi yang dulunya datar ternyata bulat.  Orang tidak percaya bahwa di udara ada suara dan gambar sebelum ditemukan radio dan tv.  Orang tidak percaya bahwa manusia bisa terbang sebelum ditemukan teknologi mesin pesawat.  Orang tidak percaya bahwa manusia bisa terbang dan mendarat di bulan sebelum adanya pesawat Apollo. Dan lain-lain fenomena yang nampak aneh dan tidak masuk akal hanya karena ilmu pengetahuan belum berhasil mengungkapnya. Barangkali ilmu pengetahuan tentang fenomena supernatural masih muda usianya sehingga belum bisa mengungkap sepenuhnya gejala supernatural. Siapa tahu dengan teori quantum mechanics atau teori lain yang berkembang di masa depan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena supernatural tersebut? *** (HBS)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun