Assalamu'alaikum,
Senin serasa Ahad. Mungkin karena libur, kita bisa sedikit santai dari biasanya. Diam-diam saya menunggu hujan. Entah kenapa. Sejumput tanya memang belum terjawab. Karena saya tidak ke mana-mana, diam di rumah menikmati suasana cuti. Langit yang tak bermatahari dari fajar, tampak sendu. Tak ada tanda-tanda hendak turun hujan. Tapi..., tiba-tiba bres...Allah menurunkan airnya. Cukup deras, hanya sesat. Mudah-mudahan cukup menghibur. Tanda dikabulkannya doa.
Hari ini saya sudah menjawab kesanggupan sebagai DPL Kampus Mengajar 5. Alhamdulillah, Semester ini bertambah satu kesibukan lagi, membimbing Mahasiswa Praktik Magang di Sekolah-Sekolah. Ada 5 orang Mahasiswa UNNES, 2 dari UPGRIS dan 3 orang dari Universitas Slamet Riyadi yang akan saya bimbing. Mereka akan praktik di dua sekolah, SD Tegalsari dan SD Sarirejo. Alhamdulillah, lokasi bimbinganku tidak jauh. Cukup di dalam kota.
Esok sudah dimulai kegiatan KM 5, Rapat Koordinasi 1. Bersamaan dengan saya harus menguji Skripsi. Untungnya saya hanya sebagai Penguji 3, sehingga tidak terlalu banyak yang harus dibahas. Biasanya saya bertanya seputar Metodologi Penelitian, dan ini pasti sudah saya bocorkan ke Mahasiswa. Artinya mereka sudah saya beritahu, persiapkan Bab III, saya akan bertanya seputar itu.
Tetapi aneh selalu saja mereka tidak lancar menjawab. Padahal sepele yang kutanyakan. 'Sebenarnya Anda meneliti apa sih?' Sengaja saya tidak menanya, 'Judul penelitian Saudara ...?' Aneh. Suasana sakral, dan mungkin mistis ya cukup memengaruhi mereka. Apalagi sekarang di Prodi saya diberlakukan aturan Ujian Terbuka. Setidaknya selalu ada sekitar 10 orang Mahasiswa yang turut serta menyaksikan pendadaran. Gugup, takut, malu mungkin menguasai Jiwa mereka.Â
Di sini sangat bisa dibedakan antara Mahasiswa aktivis dan bukan. Mereka yang terbiasa berorganisasi, lantang menjawab. Bahkan ada lo yang berani bertanya balik, "Maksud Ibu?" Ha...ha... Sebagai penguji saya kan bisa bertanya dengan cara apa pun. Mereka saja yang tidak cermat memperhatikan dan memahami pertanyaan saya. Saya heran, wong ditanya apa yang mereka lakukan kok ya sulit menjawabnya. 'Coba ceritakan, bagaimana Anda meneliti ....!' atau kadang lebih saya jelaskan, 'Coba sampaikan pada forum ini langkah-langkah penelitian Saudara!' Lama sekali menunggu reaksi mereka. Acapkali perlu disertai pertanyaan memancing. Fenomena apa ini? Barangkali ini juga perlu dikaji.
Ini berbeda dengan jika saya menguji Mahasiswa bimbingan saya sendiri. Suasana sangat cair, karena biasanya saya hanya mengajak bercanda. Ujian sudah saya lakukan sepanjang masa bimbingan.
 Bagi saya membimbing itu ya mengarahkan, menuntun mereka untuk menuangkan apa yang menjadi target mereka. Misalnya sampai di Bab II, ya kami akan berbincang, berdiskusi seputar Kajian Pustaka, Teori dan kerangka berpikir. Mereka tidak boleh kosong menemui Dosbing.  Nah, di sinilah 'ujian' itu berlangsung. Saya bisa memastikan Mahasiswa sebenarnya sudah siap atau belum menyusun Skripsi.  Kadang kami bersama-sama menentukan apa saja yang dibutuhkan sebagai pisau untuk membedah data. Ya...kalau macet, beritahukan saja apa yang harus mereka paparkan di bab ini.
 Bagaimana seandainya Anda yang menguji Mahasiswa?
Sobat, langit di tempat saya muram. Akankah nanti hujan lagi? Kalaupun hujan, mudah-mudahan tidak lagi seperti 2 minggu yang lalu. Kasihan mereka belum rampung berbenah. Semoga Yang Berwenang sudah memikirkan  langkah-langkah untuk mengamankan mereka. Pilihan yang sangat berat, kemampuan finansial sangat terbatas, mereka hanya berpikir yang penting ada tempat tinggal permanen. Bukankah pangan, sandang, papan adalah kebutuhan primer setiap orang? Terlalu naif kalau masih berpikir ini salah siapa. Pemerintah harus tegas dan ketat dalam mengawasi, lokasi di sekitar bantaran sungai bukan tempat yang tepat untuk mendirikan bangunan rumah.
Selamat sore Sobat Kompasiana yang dirahmati Allah. Salam Literasi. Wassalamu'alaikum,Â