Mohon tunggu...
Uut63
Uut63 Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik UPGRIS

Sebagai seorang pendidik (sejak 1981), saya selalu ingin meningkatkan kualitas diri. terutama sebagai pribadi Muslim, saya sangat interest dengan berbagai ajaran yang mengajak ke jalan kebaikan, dan keselamatan dunia akherat. Di setiap tatap muka dengan mahasiswa, saya juga selalu mengingatkan akan hal ini. Di usia yang tidak lagi muda, saya ingin selalu bisa menebar kebaikan. Mudah-mudahan tidak saja bermanfaat untuk diri saya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Saat ini, saya sedang ingin membuktikan talenta pemberian Allah yang tidak saya sadari. Membaca, menyimak (mendengarkan dan memcermati), kemudian menuliskannya. Sesekali saya masih suka bergabung dengan teman, sahabat untuk menyanyi. Sembari menunggu anugerah Allah untuk bisa segera menuntaskan studi S3, saya ingin melakukan apa saja hal-hal yang bermanfaat. Setidaknya ini merupakan salah satu bentuk syukur pada-Nya. Semoga Allah ridla.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebuah Pengakuan yang Jujur

24 Desember 2022   07:05 Diperbarui: 24 Desember 2022   07:11 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Assalamu'alaikum, Selamat pagi Sahabat Kompasiana, Semoga hari ini menjadi awal akhir pekan yang membahagiakan.

Sahabat, saking asyiknya menulis saya sampai lupa memberikan benang merah, mengapa tanggapan yang saya tulis terhadap tulisan 'Ibu di Dadamu Aku menari, sehingga judul yang saya tulis "Ibu, Perempuan Yang Sulit berkata Tidak' menjadi sulit dirunut maksudnya. 

Karena hampir tidak pernah Ibu mengatakan 'tidak' pada setiap pinta putranya, Ibu melakukan apa saja agar puteranya terhibur dan melupakan apa yang dipintanya. Apalagi jika ananda merintih "lapar", sementara tidak ada apa-apa. Betapa serasa disayat sembilu. Digendongnya si Buyung permata hati, maka kaki lemah dan jiwa yang letih mengayun langkah di jalan terjal kehidupan itupun menari, memutar, mengayun, sementara derai air mata tak tertahankan. Bagaimana seorang Ibu akan berkata tidak, 'kita sedang tidak ada apa-apa, Nak.' Sungguh, sebuah tragedi yang memilukan.

Pagi ini begitu membuka Kompasiana terbaru, mata saya tertuju pada artikel tulisan Pak Ahmad Fatch. Apalagi kemudian saya baca tanggapan Opa Tjip yang bijaksana. Beliau mengakui apa yang diungkapkan Penulis dengan, 'Istriku Pahlawan Hidup', inspiratif. Begitupun saya. 

Bertolak belakang dengan kisah yang diungkap dalam artikel 'Ibu, di Dadamu Aku Menari'. Pada tulisan 'Istriku Pahlawan Hidup', penulisnya, Ahmad Fatch menghadiahi istrinya di Hari Ibu dengan puisi yang isinya sebuah pengakuan yang jujur. Di tulisan itu, penulis mengisahkan bagaimana sepak terjang, dan peran istrinya dalam keluarga. Meskipun, ia hanya menceritakan betapa penting dan sangat berharga keberadaan istri atau Ibu bagi anak-anak mereka. Ia hanya sedikit mengungkapkan perasaannya, 'Karena engkau pahlawan hidup yang selalu kurindu. Puisi ini kupersembahkan padamu. Sebagai hadiah di hari Ibu. 

Luar biasa, rasanya jarang saya menjumpai pujian seorang suami yang disampaikan secara terbuka di ruang publik, kecuali itu dalam kisah fiktif pada sebuah novel atau roman. Itupun oleh penulisnya dibahasakan sebagai kata hati, dialog jiwa seorang laki-laki tentang istrinya. 

Atau mungkin sebenarnya para suami itu berkata-kata di dalam hatinya ya, tetapi sulit mengungkapkannya. Barangkali jika itu terjadi, hanya pria romantis yang bisa melakukannya. Sungguh beruntung istri yang bisa mendapatkan pengakuan jujur suaminya. 

Sahabat Kompasiana, tetapi apapun yang bisa kita rasakan dan saksikan, Ibu memang sosok perempuan yang luar biasa. Tak tertandingi di dunia ini. Siap di situasi apapun. Benar tulisan Sobat Ahmat Fatch, kehadiran Ibu membuat semua anggota keluarga riang gembira. Ibu memang tidak pernah menampakkan duka di hadapan anak-anaknya. Ia tahan menyimpan derita batinnya. 

 Demikianlah Sobat, dua tulisan Sahabat Kompasiana tentang Ibu yang mengharu biru. Pantasnya, tak ada hari yang bukan hari Ibu. Setiap hari adalah Hari Ibu, karena Ibulah yang mengisi hari-hari menjadi berarti. Ibu memang Pahlawan sejati. 

Selamat Ibu, Allah tak pernah alpa mencatat hari-harimu. 

Selamat beraktivitas. Salam Literasi! Wassalamu'alaikum,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun