Mohon tunggu...
Mohammad Herdianto
Mohammad Herdianto Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan jurnalis, hanya suka menulis

PNS (Pegawai Nyekel Sapu)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Malam Angela

13 Maret 2018   21:06 Diperbarui: 13 Maret 2018   21:12 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggela, sungguh ini adalah penyesalanku untuk kedua kalinya. Aku sangat ingat betul. ketika malam itu, jarum jam dinding kamarku menunjukan pukul 00:27. dengan nafas yang masih terengah engah, kau bangunkan ku dari tidurku.

Maaf, aku benar-benar minta maaf angela. Percayalah aku masih seperti biasa, tak ada yang berubah satu inci pun dari diriku, semuanya masih tetap sama.

Aku hanya terlupa, bukan dengan sengaja meninggalkan ataupun menghapuskan semua tentangmu, juga tentang semua kenangan diantara kita. Bukahkah itu semua maumu?  agar aku tetap memegang erat janji itu, hingga nanti hati ini yakin untuk berganti.

Angela, apa kamu masih ingat? Jujur kenangan itu masih tergambar jelas dalam otakku, berapa kalipun saat ku katakan tentang perasaanku padamu, tak pernah sedikitpun kamu percaya.

Dan pada akhirnya, aku berdiri semalaman di taman kecil depan rumahmu, sambil terus memandang ke arah kamarmu.
Aku sebenarnya tau, kamu bersembunyi di balik gorden doraemo warna biru dan memamdang ke arahku. Kamu menunggu, sampai ku langkahkan kaki dari rumahmu.

Terima kasih angela, sejak saat itu aku tau jika ternyata perasaanmu sama dengan apa yang aku rasa. Meskipun aku tau sampai detik inipun engkau tak mau mengakuinya.

Angela, aku pernah bahkan sering, merasakan sebuah kepedihan yang luar biasa. Tapi bagiku ada satu hal yang paling pedih dari yang pernah ku rasa. Ketika waktu itu aku tak kau izinkan aku untuk usap air matamu dan bahkan dengan erat kamu menyembunyikannya.

Seandainya kamu tau angela, hati ini tak bisa kau bohongi , topang dagumu tak bisa menipuku, Senyum palsumu justru memberi isyarat padaku. Dan aku tau hatimu tersayat saat kau baca surat cerai kedua orang tuamu.

Angela, sejak kejadian itu pula aku mulai tak tau kabarmu seperti apa, kepergian merapuhkan kuatnya hatiku. Dalamnya luka membuatku semakin merana. mau menyusulmu namun tak tau pergimu kemana.

Angela, secarik kertas dan tulisan tanganmu ini masih tersimpan rapi,
tak satupun debu ku izinkan menodainya. Kertas inilah saksi bisu kesamaan rasa kita, sampai detik ini masih ku jaga. Aku menemukannya di teras depan rumahku. Tertanggal satu hari sebelum engkau pergi.

Angela, aku tidur dulu ya? Seperti katamu, aku harus selalu semangat,  namun hari ini aku terlalu penat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun