Mohon tunggu...
Agustina Mega
Agustina Mega Mohon Tunggu... Lainnya - Available

Hi! I'm currently living in Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persepsi Bisa Salah, Budaya Tidak

28 September 2020   02:48 Diperbarui: 28 September 2020   03:17 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: pinterest.com/carmgordill)

Ada yang tahu, siapa ke tujuh pria dari potret di atas yang beberapa waktu lalu menjadi pembicara di Sidang Umum PBB ke-75? Betul! Mereka adalah BTS, boyband asal Korea Selatan yang memiliki popularitas sangat besar.

Namun, apa yang pertama kali kita pikirkan ketika melihat potret tersebut? Apakah kita melihat sebagai artis berbakat? Sekumpulan pria yang pandai bersolek? Pria lembek? Ketampanan yang didapatkan dari operasi plastik? Atau banci?

Pemikiran-pemikiran itulah yang dinamakan sebagai sebuah persepsi. Menurut Samovar (2014), persepsi merupakan cara kita memahami dunia dan membangun realitas sosial dari proses menerima, mengidentifikasi, dan memaknai sebuah pesan.

Karena karakterisiktiknya yang tidak akurat dan subjektif, hasil akhir dari persepsi yang kita miliki bisa saja bersifat negatif atau positif. Seperti ketika kita melihat potret BTS di atas, melihatnya sebagai artis berbakat atau sebagai seorang banci.

Contohnya adalah perbuatan Chika Jessica, salah seorang artis Indonesia. Dilansir oleh liputan6.com (Arfiyani, 2018), ketika Chika melihat foto Luhan, mantan personel EXO, dia memberikan pertanyaan di kolom komentar "Ini banci?". Perbuatannya sontak saja mengundang komentar pedas dari para penggemar K-POP.

Pertanyaanya, apakah kemudian maskulinitas seseorang hanya diukur melalui penampilan? Apakah penggambaran seorang banci direpresentasikan oleh para artis pria dari Negeri Gingseng itu? Tentu tidak sesederhana itu, kan.

Kesalahan persepsi memang seringkali terjadi. Padahal, menurut Deddy Mulyana (2000), persepsi merupakan inti dari komunikasi. Keakuratan persepsi menentukan keberhasilan sebuah komunikasi. 

Faktanya komunikasi merupakan sebuah kebutuhan bagi manusia, yang mana membuat kita semua terikat dengan persepsi. Jika kita tidak memiliki persepsi yang akurat, bagaimana bisa sebuah komunikasi yang dibangun bisa berhasil? Yang ada, kesalahan persepsi hanya akan memicu konflik.

Kesalahan persepsi yang kita miliki bisa dibenahi dengan meningkatkan kesadaran akan eksistensi perbedaan. Dunia ini luas, seharusnya kita bisa belajar banyak hal dari berbagai keberagaman yang kita jumpai.

Mari kita kembali lagi melihat potret BTS di atas dengan kesadaran akan adanya perbedaan budaya. Korea Selatan dikenal menjunjung tinggi penampilan. 

Standar kecantikan/ketampanan pun bukan main, sehingga operasi plastik menjadi sangat wajar untuk dilakukan dan secara tidak langsung telah menjadi sebuah budaya. Kita harus mengetahui bahwa budaya berpakian pria di Korea Selatan berbeda dengan budaya berpakian di Indonesia. Bagaimana? Tidak sulit, kan, untuk menghargai perbedaan yang ada.

Persepsi itu bersifat tidak akurat dan subjektif, maka dari itu kita harus meminimalisir kesalahan persepsi dengan tidak menciptakan persepsi negatif. Sebaiknya kita menumbuhkan sikap toleransi akan keberagaman budaya, agama, sejarah, dan pengalaman yang berbeda karena dunia ini tidak hanya berbicara tentang satu budaya atau satu pemahaman saja.

Hal terpenting yang harus dicatat adalah persepsi bisa saja salah, tetapi tidak ada budaya yang salah pun negatif.

Sumber:

Samovar, Larry A, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel. (2017). Communication Between Cultures. Boston: Cengange Learning US.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun