Mohon tunggu...
Agustina Mega
Agustina Mega Mohon Tunggu... Lainnya - Available

Hi! I'm currently living in Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Manusia Beradab dengan Komunikasi Antar Budaya

13 September 2020   01:30 Diperbarui: 13 September 2020   02:23 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti kita pernah berada pada masa memaknai kata 'budaya' hanya sebatas pada tarian, pakaian, atau rumah adat yang dimiliki setiap daerah sebagai ciri khas atau identitas daerah tersebut. Contohnya dengan pernyataan bahwa Rumah Joglo merupakan rumah adat Jawa Tengah atau Tari Kecak dalam ingatan kita merupakan tarian adat Bali. Namun, kenyataan yang harus kita pahami kemudian bahwa budaya tidak hanya berbicara mengenai pakaian, tarian, atau rumah adat saja. Budaya terdiri dari unsur yang kompleks. Makanan, cara menyantap sajian tersebut, kebiasaan atau perilaku manusia, politik, norma sosial yang berlaku, hingga agama pun dapat dikatakan sebagai budaya.

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa komunikasi antar budaya menjadi penting untuk dipelajari oleh semua orang. Menurut Samovar (2017), "Globalisasi telah menghasilkam peningkatan hubungan antar budaya. Meningkatkan imigrasi, urbanisasi, pekerjaan internasional, studi luar negeri, dan kemudahan perjalanan ke luar negeri menfasilitasi kontrak di antara orang-orang dengan latar belakang ras, etnis, agama, dan budaya yang berbeda". Komunikasi antar budaya juga dibutuhkan dalam permasalahan populasi yang menua, yaitu ketika tingkat kelahiran menurun dan mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia teratasi dengan pertumbuhan imigrasi yang meningkat. Hal itu menjadikan pemahaman antar budaya menjadi penting bagi para imigran.

Berdasarkan pengalaman Bapak Nobertus Ribut Santoso SS, MA, salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya, yang sedang menjalani studi program doktoral di Filipina. 

Beliau menceritakan bahwa terdapat makanan lokal yang wajib dicoba oleh siapapun yang berkunjung ke Filipina yaitu Balut, makanan yang berasal dari telur bebek yang di dalamnya terdapat embrio, kemudian dimasak dengan cara direbus dan dibumbui dengan garam dan cuka.  Selain itu, Pak Nobertus menceritakan bahwa di Filipina terdapat budaya mengantre dengan tertib saat menunggu angkutan umum dilakukan dengan baik meskipun tidak dipasang pembatas. 

Orang Filipina memiliki budaya berpakaian saat beribadah di gereja yang berbeda dengan Indonesia. Jika masyarakat Indonesia selalu diajarkan menggunakan pakaian yang sopan saat pergi ke gereja karena hendak menghadap Tuhan, lain cerita dengan di Filipina yang menggunakan pakaian seksi pun laki-laki hanya mengenakan celana pendek meskipun bersepatu.

Pak Nobertus setidaknya menemukan budaya Filipina yang berbanding terbalik dengan Indonesia. Pada saat seperti itu, sebuah pemahaman akan budaya menjadi penting. Melalui komunikasi antar budaya, kita bisa mewujudkan sikap saling menghormati budaya lain. Pengetahuan akan komunikasi antar budaya yang baik membantu kita mewujudkan komunikasi yang berjalan dengan baik pula tanpa melakukan penghakiman akan suatu budaya.

Penulis sangat menyadari betapa pentingnya belajar dan memahami dengan baik tentang komunikasi antar budaya. Pemikiran bahwa penting bagi kita belajar mengenai budaya daerah atau negara lain dan kemudian menghargai penuh budaya tersebut muncul ketika Penulis berpergian di Bali. Banyak sesajen yang diletakan di Pura dan sudut jalan. Orang yang bukan penduduk asli Bali seringkali menganggap remeh hal tersebut. Tak jarang bahkan mereka mencuri isi sesajen untuk dimakan. Perbuatan tidak senonoh seperti itu bisa dicegah bila kita belajar mengenai komunikasi antar budaya. Pemahaman dan sikap menghargai yang kita miliki membantu kita untuk menjadi lebih beradab.

Dalam proses kita belajar komunikasi antar budaya, menurut Samovar (2017) terdapat peringatan yang menjelaskan hubungan penting antara budaya dan komunikasi, yaitu melakukan komunikasi budaya adalah aktivitas yang kompleks, kita perlu menyadari bahwa setiap individu mempunyai keunikan, generalisasi berlibahan akan berbahaya, kebutuhan untuk menjadi objektif, perlunya kompromi, dan mitos percaya bahwa komunikasi adalah obat untuk semua. Setiap konflik yang muncul tidak selalu bisa diselesaikan hanya dengan berkomunikasi, seperti pelanggaran hak manusia, kelaparan, wabah penyakit, dan kekerasan seksusal.

Pentingnya pemahaman bahwa tidak ada budaya yang buruk atau tidak baik, membantu kita menjadi manusia beradab yang mampu menghargai sesamanya. Kita bisa meminimalisir pertentangan dengan menghormati budaya lain yang dipelajari menlalui komunikasi antar budaya. Setiap kebudayaan pasti memiliki nilai dan manfaat yang baik. Ketika kita mampu berlaku sopan dan menghormati perbedaan yang ada maka akan terwujud perdamaian, kesatuan, dan keteraturan dalam bermasyarakat.

Daftar Pustaka

Samovar, L., Porter, R., McDaniel, E., & Roy, C. (2017). Communication between cultures (9th ed.). Boston: Cengange Learning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun