Istilah "Jurnalisme Multimedia" telah diperkenalkan sejak tahun 2000-an di New York oleh Associated Press.
Konsep multimedia yang dipakai oleh media tersebut saat memberitakan sebuah fenomena di ranah dalam jaringan, membuat media terkemuka di Amerika dan Eropa juga mengikuti jejak.
Ternyata efek ini juga memengaruhi media massa besar yang ada di wilayah Asia. Salah satunya adalah The Star Online di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kemunculan Jurnalisme Multimedia
Menurut Mariana Kurniawati, kantor berita Associated Press di tahun 2001 memberitakan fenomena gempa bumi yang melanda Bhuj di negara India, secara online dengan menerapkan konsep multimedia.
Apa yang dimaksud dengan multimedia di sini adalah penggunaan elemen teks, foto, audio, video, animasi, dan infografis untuk dikombinasikan dan disajikan sebagai sebuah berita.
Sejak adanya perubahan yang dibawa oleh Associated Press, membuat media lain seperti situs The Guardian asal negara Inggris, memiliki laman khusus untuk multimedia.
Di waktu yang sama, Greer & Mensing melihat kalau media online menanggapi peningkatan kecanggihan pembaca online sehingga perlu menyediakan lebih banyak fitur multimedia, konten yang lebih dalam dan melakukan pembaharuan.
Hal ini juga ditunjukkan dari situs berita milik VII Photo Agency dengan laman berisikan thumbnail audio-photo slide shows.
Tentu terobosan baru yang dilakukan oleh media-media besar dari benua Amerika dan Eropa tersebut, memengaruhi daerah benua lain seperti Asia.
Stephen Quinn menyebutkan kalau media di Asia yang dimaksud adalah, Straits Times di Singapura, The Nation Group di Thailand, Joong Ang Ilbo dan Maeil Business Group di Korea Selatan, Ming Pao Group di Hongkong, dan Star Publications di Kuala Lumpur.