Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Teknologi Malaikat

4 Februari 2023   15:12 Diperbarui: 4 Februari 2023   15:14 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi maiaikat, sumber: misterserious dari Pixabay

Pada saat ruh manusia yang baru saja meninggal tiba di negeri itu, malaikat pencatat kebaikan bingung melihat rekam jejaknya.

"Apa yang sudah kamu lakukan selama di dunia?" tanya malaikat itu.

Ruh manusia itu bilang, "Saya sudah banyak melakukan kebaikan. Silakan lihat apa yang saya lakukan."

Malaikat pencatat kebaikan membuka buku kehidupan. Nama manusia itu dibacakan dan tampaklah apa yang sedang dikerjakan. Malaikat itu diam sejenak. Agaknya banyak pertanyaan tiba-tiba muncul.

"Bagaimana saya bisa menyimpulkan kamu orang baik?"

Mata malaikat itu tertuju pada bayangan seorang lelaki yang asyik memainkan gawai di tangan. Masih serius ia memantau tingkah lelaki itu, ruh manusia di depannya menyela, "Lihat itu, saya sudah banyak membantu orang."

"Maksudmu?" malaikat menatap tajam ruh manusia, "kau tidak melakukan apa-apa kulihat. Hanya diam bersama gawai di hidupmu!"

Ruh itu terkekeh. "Kok bisa malaikat ketinggalan zaman? Saya sudah kasih like sama orang yang minta like ke saya. Ada orang lain juga minta dukungan like sehingga ketika videonya viral, uang hasil iklan bisa digunakan untuk bantu orang."

"Masih ada pula yang mendoakan saya. Katanya kalau saya memberi like, semoga umur saya panjang dan banyak rejekinya. Tak perlu waktu lama, pastilah dengan senang hati saya pencet tombol like."

"Saya pun tak tega memberi tombol dislike untuk video yang tidak saya suka. Terkadang ada kurang di sana di sini, tapi tampaknya kalau saya pencet dislike, bisa-bisa mengurangi semangat pembuat video untuk berkarya. Kurang baik apa saya, mengalahkan ego saya demi melihat ia tetap berkarya?"

"Jadi, apa yang kau berikan sebagai bukti kebaikanmu?" malaikat kembali bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun