Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Teknologi Malaikat

4 Februari 2023   15:12 Diperbarui: 4 Februari 2023   15:14 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah negeri antah berantah, tak pernah dilihat siapapun lagian siapapun yang bisa singgah tak akan kembali, terdengar bisik-bisik sekumpulan makhluk putih bersayap di sekeliling meja bundar. Agaknya mereka serius berdiskusi, tampak dari semua makhluk sedang ngomong sehingga hanya suara paling keraslah yang jelas terdengar.

"Bagaimana ini, kita harus mengubah cara kita?"

"Apa maksudmu?"

Hanya ada suara gremeng-gremeng.

"Sssstt... Diam dulu kalian. Kita tidak jelas ngomong apa kalau semua ngomong!"

Suara gremeng-gremeng belum juga reda. Agaknya lantaran yang dibahas sangatlah penting, semua makhluk ingin urun pendapat. Seorang makhluk berteriak lebih keras.

"Kita harus temukan cara, agar apa yang kita lakukan benar adanya."

"Ya, memang itu yang sedang dibahas. Kamu tadi dengar apa sih?"

Masih ada suara gremeng-gremeng. Semua makhluk tak sabar mengemukakan pendapat. Memang sulit menahan nafsu ketika semua ingin didengar.

Mereka semua bukannya baru mengadakan rapat itu. Sudah lama sekali sejak kehidupan di bumi berubah. Karena merasa tidak hanya satu dua yang berubah, bahkan sekarang hanya satu dua yang tidak berubah, harus diambil keputusan untuk melihat secara jelas dan menimbang secara tepat, bagaimana caranya menilai hidup manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun