Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dilema Konten Kreator

25 Januari 2023   03:41 Diperbarui: 25 Januari 2023   04:31 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konten kreator, sumber: Sanctuary via biz.kompas.com

"Cerita dong!"

Sabir meringkuk. Bergeming. Tangannya terus memindahkan butir pasir. Mulutnya masih komat-kamit. Karena tak ditanggapi, Batil dan Jambir membiarkan Sabir. Mereka memaklumkannya, barangkali Sabir memang tak mau cerita.

Seperti orang berdagang di toko, tentunya dituntut untuk buka setiap hari supaya orang berlangganan padanya. Begitulah kehidupan konten kreator, pengikut pasti bertanya-tanya apa konten selanjutnya. Demi mempertahankan jumlah pengikut yang masih ada, Batil dan Jambir mengais sisa-sisa semangat. Matahari sebentar lagi kembali ke peraduan. 

"Ayolah dilakuin, daripada gak ada konten," kata Batil sesaat setelah tangannya meraih ponsel dari saku celana. 

Jambir menyiapkan tongkat besi berkaki tiga berwarna hitam dan menancapkannya di atas pasir sebagai penyangga agar ponsel tak jatuh saat merekam. Ketika temannya bekerja, Sabir masih memainkan butir-butir pasir. Batil menggerak-gerakkan arah kamera pada ponselnya.

Keesokan hari -- setelah mengunggah konten semalam -- Batil tercengang. Bunyi pemberitahuan dari media sosialnya terus berdengung. Banyak tombol suka ditekan. Komentar berdatangan.

Apa mereka masih suka senja itu? Apakah guratan-guratan merah keunguan di ufuk barat masih menarik? Apakah matahari yang tampak setengah tenggelam di garis laut masih punya daya pikat? Batil melongo melihat komentar-komentarnya.

"Kasihan sekali dia."

"Kayak kurang kerjaan."

"Ada masalah apa, Bang. Cerita sini."

"Sudah sampai berapa hitungnya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun