Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Perjalanan Sebuah Nama

18 Januari 2023   02:55 Diperbarui: 18 Januari 2023   04:00 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perlahan tapi pasti, bagaikan proses yang tak pernah mengkhianati hasil, satu per satu cerpennya yang lolos kurasi dimuat di koran-koran lokal. Tak lama sejak itu, Altheya menang lomba penulisan cerpen tingkat nasional. Betapa beruntung, penghargaan sastra sekelas internasional pun sanggup disabetnya. 

Cerita-cerita pendek besutan Altheya, pengarang ternama itu jadi buah bibir banyak orang. Media sosial miliknya punya jutaan pengikut. Cerpen-cerpennya banyak mendapat kritik dari para kritikus sastra. Namanya semakin melambung sebagai sastrawan yang tak lagi diragukan.

Dalam puncak kejayaan, Altheya masih belajar dan mempertahankan kualitas cerpennya. Apalagi dia pernah mendengar, ada yang tidak suka dengan cerpennya. Katanya, entah siapa itu, tokoh yang digambarkan serasa tidak hidup. Konflik datar. Bahasa dan gaya terlalu klise. Kisah menjemukan. Hanya dengan menjaga nama baik lewat terus belajar dan mengembangkan kemampuan menulis, Altheya bisa mengatasi perkara-perkara itu.

Altheya yang tua pun masih sanggup menulis cerpen dengan baik. Setidaknya, pada permukaan batu pipih besar yang tertancap di kuburnya, ada penggalan cerita pendek miliknya sepanjang dua paragraf yang mampu menghisap perhatian para pengunjung yang sedang melayat. Nama Altheya sebagai sastrawan terkenal tampak tertulis jelas dengan huruf kapital. Di depan, belakang, kanan, kiri, terdapat pula nama-nama entah siapa, yang belum pernah dikenal, pun sedang dalam perkenalan, atau tak ingin dikenal lagi, terpampang di atas batu-batu nisan.

Begitulah, memang sudah banyak nama terlahir di dunia. Tak sedikit pula nama-nama itu berganti dengan berbagai alasan. Ada kalanya, orang-orang susah payah mencari nama untuk mendapat perhatian. Di puncak perhatian, hanyalah menjaga nama baik yang perlu dilakukan. Pada akhirnya, nama-nama beristirahat dengan tenang, berjumpa dengan nama-nama lain yang lebih dulu mendahuluinya.

...

Jakarta

18 Januari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun