Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gugatan Pohon

9 Januari 2023   19:17 Diperbarui: 9 Januari 2023   19:18 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sedikit lagi logam pipih panjang bergerigi yang dari tadi terus bergetar setelah ditarik tuasnya, mengenai tubuh hamba. Seperti yang hamba lihat di kebanyakan teman yang sudah mengalami peristiwa itu, mereka menangis dengan mengeluarkan cairan putih pekat dan lekat. Tak ada teriakan di sana. Tak ada keluhan terdengar. Tak ada gugatan diajukan. Itu ditangkap hanyalah getah. Oleh sebab itu, sekarang hamba menggugat, Tuan.

Dalam dunia entah berantah -- pengarang pun tak tahu ada di mana -- kesaksian itu diceritakan. Di depan sebuah cerlang cemerlang yang berhak bicara gamblang, kesaksian itu disampaikan tegas dan mantap.

"Coba kau lanjutkan bicaramu," kata cerlang itu pun tidak kalah tegas.

"Begini, Tuan. Sila dengar baik-baik apa yang hendak hamba ucapkan. Hamba tidak akan mengurangi atau menambahkan. Barangkali Tuan pernah dengar dari teman-teman hamba yang sudah lebih dulu menghadap Tuan. Kami benar-benar tak mampu berbuat apa-apa."

Sebuah pohon dengan ranting bercabang-cabang, berkulit hitam dengan bekas sayatan di sana-sini, berdiri di tengah. Sebelah kanan dan kirinya ada dua makhluk lain sedang menunggu giliran. Tiba-tiba sesuatu berbentuk bibir kembali menonjol di tengah batang pohon itu.

"Tuan, sebelum hamba melanjutkan gugatan, izinkan hamba bertanya satu pertanyaan."

"Apa itu?"

Kali ini di bagian depan batang pohon paling atas, muncul dua mata. Sebuah ranting bergerak mendekati mata itu. Ranting itu menggesek-gesek mata, bagaikan ada sesuatu yang ditahan karena hendak keluar.

"Apakah semua makhluk mempunyai ... mempunyai ... ha ... hak hidup, Tuan?" Beberapa kata hilang dalam perkataan pohon, seperti tercekat di tenggorokan. Barangkali pohon sedikit tidak berani bicara terus terang di samping makhluk di sebelah kanannya yang terus menatapnya tajam. Makhluk itu memangku kedua tangan di dada.

"Mengapa kau tanya begitu?" lagi-lagi cerlang bicara tegas. Agaknya ketegasannya tak ada yang bisa menandingi. Cerlang itu selalu tegas dalam setiap perkataan.

Dunia tempat mereka bicara samar, antara ada dan tak ada. Sebagian makhluk menganggapnya dongeng, sebagian lagi begitu memercayai bahwa dunia itu benar-benar ada. Makhluk yang pernah ke sana tak akan pernah kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun