Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Tukang Sampah

5 Desember 2021   22:31 Diperbarui: 5 Desember 2021   23:08 2052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

Pekerjaan sebagai tukang sampah terasa berat karena butuh kekuatan fisik untuk menarik gerobak. Memanggul karung berisi sampah juga tidak ringan. Belum lagi berjalan di bawah terik matahari. Polusi asap kendaraan dan terpaan hujan sudah jadi pengalaman sehari-hari.

Tukang sampah itu juga paham benar bahwa sebagian sampah memang tidak berguna. Ia menyimpulkan pada akhir kalimat. Menjadi "sampah" bukan pilihan baik.

KBBI menjelaskan sampah:

barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya; kotoran seperti daun, kertas: jangan membuang -- sembarangan

hina: hidup sebagai gelandangan dianggap -- masyarakat

Sampah itu menyusahkan. Menjadi gelandangan dianggap sampah. Merepotkan orang dengan luntang-lantung saja di jalanan. Bahkan pengertian sampah masyarakat sendiri -- dijelaskan KBBI -- termasuk pengemis.

Tukang sampah itu tidak mau jadi "sampah". Ia lebih memilih menggunakan tenaganya untuk bekerja merapikan sampah yang terserak, memungut satu demi satu yang masih dianggap berguna, dan tidak lupa berjibaku bersama bau-bau busuk.

Menjaga martabat diri

Saya memahami bahwa tukang sampah itu menjaga martabat dirinya. Ia sadar, selama masih hidup, lebih baik bekerja -- sehina apa pun itu -- yang penting halal.

Ia memilih tidak merepotkan orang. Ia membangun nilai diri sebagai tukang sampah yang dapat penghasilan dari bekerja. Bisa jadi pendapatannya tidak lebih besar dari pengemis atau gelandangan yang beroleh belas kasihan.

Tukang sampah tetap tidak ingin menjual belas kasihan. Ia tidak ingin seperti dikasihani. Selama masih ada kekuatan, ia memilih bekerja. Sungguh, itu meninggikan kehormatan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun