Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gunting Bandara

29 November 2021   19:30 Diperbarui: 29 November 2021   19:57 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gunting, sumber: sheikyermami.com via tribbunnews

"Hanya gunting, Mas!"

"Hanya gunting!"

"Mereka takut hanya sama gunting!"

Aku menghela napas mendengarnya. Kembali lagi ia cerita soal takhayul dari ibunya. Ia masih saja percaya hal itu. Tahun yang sudah serba modern ini, aku heran masih ada orang percaya gunting sanggup sebagai penolak bala. Oh! Istriku yang gemuk, mengapa kau bisa percaya roh-roh jahat takut kepada gunting? Mengapa kau yakin bahwa ibu hamil harus bawa gunting ke mana-mana? Apa dasar masuk akalnya?

"Tapi, kamu kan tahu, Dek. Kita tidak bisa naik pesawat kalau kamu masih bawa gunting."

Istriku tidak menjawab. Kalimat itu sudah kuulangi berkali-kali sejak dari rumah sampai kami duduk di ruang tunggu ini. Aku melihat ia malah sibuk membuka tas kecilnya. Ia seperti mengambil sesuatu.

Orang-orang yang antre di depan kami mulai sedikit berkurang. Aku menggandeng tangan istriku dan mengajaknya berdiri. Kami lantas ikut antre.

Aku mencoba mengambil paksa gunting itu. Ia cepat menutup saku celana dengan telapak tangan. Matanya menatap mataku. Sekarang kulihat benda tajam bertambah. Ada sebilah pedang keluar dari tatapan itu.

Beberapa menit kemudian, aku keluar melewati pintu deteksi. Seorang petugas sudah meraba tubuhku dari atas sampai bawah. Koper sudah kukirim untuk diangkut dalam bagasi pesawat. 

Di samping pintu tanpa daun yang tidak seberapa tinggi itu, kulihat sebuah kotak kaca berisi benda-benda yang sangat kukenal. Beragam gunting dengan berbagai merek dan ukuran sangat biasa kupakai untuk cukur rambut. Ada pula pisau yang sering kugunakan memasak di dapur. Aku berharap tidak terjadi apa-apa dengan gunting yang ada dalam saku celana istriku.

Ya, aku tidak berharap ia benar-benar melakukan yang ia katakan. Memang, ia suka sekali nonton film kekerasan. Tapi, aku tidak menyangka, sebelum kami beranjak dan mengantre di barisan, ia berkata akan menusuk petugas itu dengan gunting jika menghalangi naik pesawat. Sarung tangan hitam yang ia keluarkan dari tas sudah dipakainya. Kukira, itu hanya untuk menghangatkan telapak tangannya yang menggigil gemetaran karena pendingin ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun