Toklek duduk di samping Ogleng. Mereka berdua menghadap ke arah jalan.
"Oh! Pak Ogleng. Yang rumahnya tusuk sate itu? Bapak terus saja. Itu rumahnya," kata Toklek sembari menirukan suara orang yang memberitahu jalan.
Ogleng merasa perlu untuk mengundang Toklek ke rumah. Waktu di kota, Toklek sempat membuatnya untung saat berjudi. Kehadiran Toklek entah bagaimana, berhasil membuat Ogleng beroleh banyak kemenangan. Barangkali, karena Toklek hadir, sebentar lagi pembeli akan datang.
"Kamu sulit jual rumah ini?" kata Toklek sambil memandang wajah sobatnya. Muka Ogleng kusam sekali. Rambutnya teracak-acak. Matanya tetap kosong. Kantung matanya tebal, seperti tidak tidur berhari-hari. Mana ada orang yang bisa tenang, hidup dengan banyak utang?
Mereka berdua terus bercakap dengan akrab. Toklek sengaja tinggal di rumah Ogleng beberapa hari. Ia mencoba merasakan dan membuktikan, hal-hal negatif yang didengarnya dari Ogleng tentang rumah itu.
Toklek datang ke rumah itu berniat membantu mengiklankan penjualan rumah di koran-koran. Sudah seminggu ia tinggal di sana. Sama sekali tidak ada satu pembeli datang. Dewi fortuna yang selama ini melekat pada diri Toklek tidak berguna sama sekali. Toklek mulai ragu, apakah benar, orang-orang takut membeli rumah tusuk sate?
Sampai cerita ini selesai dituliskan, Toklek masih belum tahu, rumah Ogleng sudah terjual atau tidak. Yang Toklek tahu, omongan negatif soal rumah tusuk sate masih ada, bahkan jadi kepercayaan sebagian masyarakat.
Satu demi satu warga di kampung tempat Toklek tinggal pun mulai percaya. Toklek sempat heran, siapa yang membawa omongan itu masuk ke kampungnya? Toklek bahkan takbisa berkata apa-apa, ketika melihat kampung di sekitar kampungnya juga memercayai hal sama.
Bahwa rumah tusuk sate tidaklah mendatangkan keberuntungan. Bahwa penghuninya begitu rawan terserang penyakit. Bahwa nasib suami istri dan keluarganya akan sering bertengkar.
Yang lebih menjadi pikiran Toklek selanjutnya, ia tiba-tiba merasa begitu sial, kalau-kalau mendadak ada keperluan mendesak sehingga harus menjual rumah. Padahal, rumahnya jauh lebih megah daripada milik Ogleng.
...