Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Sebagian Anak Enggan Berteman dengan Orangtua di Media Sosial?

4 November 2021   12:01 Diperbarui: 22 November 2021   03:04 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berteman dengan orangtua di media sosial (sumber: ipopba via Kompas)

Waktu kecil, dalam keluarga saya, tidak dibiasakan anak menjawab ketika orangtua berujar. Itu sudah dianggap "seperti" melawan. Anak pada posisi lebih rendah dan wajib menghormati orangtua.

Saya besar dengan didikan itu. Sampai sekarang, masih tertanam benar di benak, sebisa mungkin jika menanggapi percakapan orangtua, hanya kata-kata "Baik" dan "Oke" yang tertulis atau terucapkan.

Kalau boleh dibilang -- tidak bermaksud sombong, karena ajaran itu, saya jadi takut berbuat hal-hal yang mencemarkan nama baik keluarga. Berusaha menyenangkan orangtua dengan prestasi dan perilaku baik. Betapa saya bersyukur karenanya.

Kebiasaan saling berinteraksi dalam keluarga menjadi meluas sekarang ini karena kehadiran media sosial. Jarak tidak jadi masalah. Cukup ponsel dan internet, sejauh apa pun bisa terkontrol.

Banyak yang membentuk grup keluarga. Saya ada. Barangkali juga Anda. Setiap pagi, kami saling menyapa kabar antaranggota keluarga sekaligus kalau luang, bercerita tentang apa yang sudah dikerjakan dan hal baru apa yang menarik.

Ini belum terhitung interaksi dua pihak, langsung antara orangtua dengan kita. Seberapa intensnya, kembali ke masing-masing. Keduanya saling butuh sampai kapan pun.

Barangkali ada yang bebas bercerita. Ada yang gemar menasihati. Boleh jadi saling bercanda dengan guyonan yang keduanya bisa saling memahami.

Interaksi berpotensi meluas ke media sosial terbuka

Grup dan interaksi dua arah itu terbatas adanya. Ada privasi di sana. Tidak bisa orang-orang yang tidak berkepentingan melihat dan berkomentar. Masalah keluarga disimpan rapat-rapat.

Pada sisi lain, interaksi juga bisa meluas ke media sosial yang tanpa batas. Artinya, banyak orang di sana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun