Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Usaha-usaha Kecil dan Nyata Penulis dalam Menjunjung Bahasa Persatuan

28 Oktober 2021   19:44 Diperbarui: 28 Oktober 2021   20:30 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia, sumber: tribbunnews via Kompastv

Dari radioedukasi.kemdikbud.go.id, alasan ditetapkannya bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia merujuk pada sejarah bangsa Indonesia. Sejarah mencatat pada tanggal 28 Oktober 1928 dikumandangkan Sumpah Pemuda, dalam keputusan Kongres Pemuda II, di Jakarta. 

Selanjutnya, setiap tanggal 28 Oktober bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Sumpah Pemuda. Sejak itulah ditetapkan pula bahasa resmi yang digunakan untuk bermasyarakat, yakni Bahasa Indonesia.

Usaha penulis menjunjung bahasa persatuan

Sungguh bertepatan momennya, Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia. Barangkali terjadi secara sengaja, tidaklah masalah. 

Yang perlu mendapat perhatian untuk benar-benar disengaja adalah peranan penulis dalam menyosialisasikan bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga sekaligus menjunjung bahasa persatuan.

Sebisa mungkin berbahasa Indonesia

Entahlah, saya sudah Kompasianer keberapa yang menyinggung masalah ini. Saya singgung diri saya dulu dalam-dalam, setiap menghasilkan tulisan.

Saya sunting satu demi satu, berapa jumlah pemakaian bahasa asing yang sekiranya memang tidak dapat dialihbahasakan. Apakah padanannya belum atau tidak ada?

Kenyataannya, sebagian istilah belum diserap. Saya juga pernah mengalami kebingungan dan akhirnya harus memaksakan berbahasa asing dengan menyajikannya berhuruf miring.

Contohlah seperti: personal branding, barcode, laundry, photocopy, outbound, screenshot, grand launching, powerpoint, drive thru. Kita sudah ada bahasa Indonesianya (secara berurutan): penjenamaan diri, kode batang, penatu, fotokopi, mancakrida, tangkapan layar, peluncuran resmi, salindia, dan lantatur (layanan tanpa turun). 

Bisakah kita sebagai penulis lebih mengutamakan lantas membiasakan berbahasa Indonesia? Ada baiknya keminggris dihentikan jika memang sudah ada padanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun