Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Deskripsi Kepapaan dalam Puisi "Pada Suatu Meja"

23 Oktober 2021   18:00 Diperbarui: 23 Oktober 2021   18:08 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi untuk puisi "Pada Suatu Meja" | Sumber: Pxhere.com

Tidak ada tersisa nasi di meja itu.
Seorang anak memandang piring kosong.

"Kita makan apa, Bu?" tanyanya.

Ibunya datang dari dapur.
Ia membawa sebuah gelas kecil berisi air.
"Minumlah dulu, Nak," jawabnya.

Ibu kembali ke dapur.
Tidak berapa lama, anak itu berkata lagi, "Ibu, aku lapar."
Sang ibu menangis. Air matanya jatuh ke dalam gelas.

Puisi berjudul "Pada Suatu Meja" di atas saya tulis tanggal 17 September 2021 dan menyabet Artikel Utama. Puisi itu sederhana, tanpa memainkan diksi mewah, rumit, dan memikat. Bahasanya sangat mudah dimengerti. Untuk perasaan dan keadaan yang disiratkan, lain hal.

Puisi itu mendapat nilai dan komentar beberapa Kompasianer dan satu dua di antaranya berhasil menangkap nuansa kesedihan. Saya pun menanggapi dengan menyatakan bahwa saya menitikkan air mata ketika menyelesaikan puisi itu.

Kondisi kelaparan dunia

Dari internasional.kontan.co.id (13/7/2021), diberitakanlah angka kelaparan dan kekurangan gizi global yang melonjak signifikan sepanjang tahun lalu (baca: 2020). Penyebab utamanya adalah Covid-19. 

Dilansir dari Reuters, laporan badan PBB -- disusun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) -- pada Senin (12/7/2021), menunjukkan jumlah orang kekurangan gizi tahun 2020 naik menjadi 768 juta, setara dengan 10% populasi dunia dan naik 118 juta dibanding tahun 2019. 

Dari 768 juta orang itu, 418 juta berada di Asia, 282 juta di Afrika, dan 60 juta di Amerika Latin dan Karibia. Di Afrika, 21% orang kekurangan gizi, dua kali lipat lebih banyak dari wilayah lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun