Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Cublak-Cublak Suweng di Joglo Ini

19 Oktober 2021   23:30 Diperbarui: 20 Oktober 2021   00:51 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah Joglo, sumber: Shutterstock/E.S. Nugraha via Kompas

Ada tiga anak perempuan berambut panjang, yang semua rambutnya terikat dengan sebuah karet gelang, sehingga rambut itu tidak berantakan. Mereka memakai kemban berwarna-warni. Ada yang hijau gelap, hitam, dan merah. Tetapi, mereka serempak mengenakan kain jarik cokelat sebagai bawahan, termasuk satu lagi anak perempuan yang entah mengapa rambutnya pendek sekali, tidak sampai sebahu. Kurasa dia sedikit tomboi.

Bersama seorang anak lelaki, keempat anak perempuan itu duduk bertumpu pada kaki yang telah dilipat dengan saling berhadapan. Seperti berpasangan, dua mata menatap dua mata. Tanpa disuruh, anak lelaki menelungkupkan tubuhnya tepat di tengah-tengah, dengan tersangga kedua lutut dan kedua telapak tangan menyentuh lantai. Otomatis, keempat anak gadis itu bisa melihat jelas punggung anak lelaki.  

Cublak-cublak suweng

Suwenge ting gelenter

Mambu ketundung gudhel

Pak Empong lerak-lerek

Sopo ngguyu ndelekakhe

Sir-sir pong dele kopong

Sir-sir pong dele kopong

Aku sungguh tidak asing dengan lagu itu. Seorang anak perempuan menggerakkan tangan dari satu per satu telapak tangan kanan temannya yang sudah terbuka lebar, dengan tinggi sekepalan tangan di atas punggung anak lelaki.

Anak perempuan itu menggenggam sebuah batu kecil. Ia memegangnya dengan menguncupkan jari-jari. Aku mendengar lagu dinyanyikan sebanyak dua kali. Ketika usai, seluruh telapak tangan menutup. Batu itu entah berada di telapak tangan mana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun