Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Katanya, Mayat Suka Bercanda

8 Oktober 2021   19:56 Diperbarui: 8 Oktober 2021   23:33 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mayat, sumber: Thinkstock via detik.com

Selain itu, ada mayat-mayat lain yang tidak kalah berisik, sering tertawa, ngomong entah apa, saat orang sudah tertidur lelap. Mardi dari luar terkadang mengintip ke dalam lewat pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Kok kamu tidak takut, Mardi, bekerja di sana?" tanya saya penasaran karena dia masih bertahan sampai saat menjelang saya harus meninggalkan desa karena tugas sensus sudah selesai.

Mardi hanya tertawa. Bukan tawa bahagia yang saya tangkap, melainkan tawa yang menyembunyikan kepedihan. "Ya, mereka saya anggap suka bercanda. Kalau tidak begitu, mau kerja apa lagi saya," jawabnya. 

Ia tepat berdiri di sebelah Marni. Saya melihat bulu roma Marni tegang. Barangkali Mardi memilih bertahan agar dapur Marni bisa terus mengepul.

Semenjak ia menikah, Mardi menjadi lebih dewasa. Ia sudah tahu, hidupnya harus menjadi lelaki sejati dan wajib menafkahi bininya. Saya lihat ia semakin rajin bekerja. Upahnya sebagai penjaga kamar mayat ditambah oleh para warga, melihat tidak ada barang-barang pada mayat-mayat itu yang tercuri.

Sampai sejauh ini, saya masih mendengar Mardi masih bekerja sebagai penjaga kamar mayat di desa itu. Masih pula dari suratnya, ia bercerita bahwa mayat-mayat itu suka sekali bercanda. Masih sering bangun tengah malam. Ah! Saya tidak tahu, siapa yang sebetulnya sedang bercanda. Jangan-jangan Mardi sudah...

...

Jakarta

8 Oktober 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun