Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menerima Kebuntuan Menulis sebagai Bagian Alamiah Dunia Kepenulisan

6 Oktober 2021   19:50 Diperbarui: 15 Oktober 2021   21:43 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perempuan mengalami kebuntuan menulis (pexels.com/Karolina Grabowska) 

Orang lain tetap menulis, kita tidak perlu risau. Mereka bisa rutin, kita tidak, pun tidak masalah. Memang, kita sedang buntu menulis. Semakin dipikir malah tambah stres.

Kejadian saya

Saya banting setir ketika buntu mengarang. Saya menulis opini sembarang kelir, cerita apa saja pengalaman pribadi, sampai tidak tentu arah. Semua kanal saya libas. Karya cerpen nol besar.

Opini saya tentu tidak sekeren cerpen, karena saya tidak biasa menulisnya. Paling ulasan di permukaan dan pandangan seorang awam.

Saya juga memilih untuk membaca lebih banyak guna mencari ide. Membuka Kompasiana hanya untuk membaca, tanpa menulis. Saya alihkan pula kegiatan dengan melakukan kegemaran lain yang membuat saya senang.

Saya biarkan tidak produktif menulis cerpen. Bodoh amat dengan rasa ketakutan dan kehilangan kemampuan mengarang. Saya memang sedang buntu. Jenuh bahkan.

Semakin ke sini...

Saya kembali lagi mengarang cerpen. Justru karena berhenti sejenak menulis yang kita sukai dan rutinkan, terkadang ide yang timbul malah ternilai baru ketika akan memulai lagi.

Pikiran terasa lebih segar. Kita secara tidak langsung telah melupakan perlahan apa-apa yang pernah kita tulis. Kita tidak terbatasi oleh dinding-dinding ide masa lalu. Otak kini bisa berpikir lebih terbuka, bebas, dan bahkan berimajinasi lebih luas.

Akhir kata...

Saya pastikan Anda -- jika penulis -- juga mengalami kebuntuan menulis. Barangkali untuk yang baru pertama kali terjun menulis, masih belum terasa, karena cinta pertama masih membara dan banyak ide.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun