Ya, sejak beberapa hari lalu, saya mendisiplinkan diri belajar kata baru setiap hari dengan membaca KBBI. Kebetulan seiring dengan rutinnya menulis, kata itu saya gunakan langsung dalam tulisan.
Di samping itu, saya juga mengunggah konten pertanyaan singkat di status Instagram seputar mana yang baku, mana yang tidak baku. Saya sediakan pilihan dan menyilakan teman IG menjawabnya.
Karena dengan sengaja menyediakan pertanyaan, saya memaksa diri belajar terlebih dahulu. Saya tidak memaksa teman IG untuk menjawab. Tetapi, tetap ada yang memberi jawaban, barangkali memang mau belajar atau suka berbahasa yang benar seperti saya.
Mengapa saya repot-repot membuat pertanyaan?
Barangkali setelah membaca KBBI, saya menjadi tahu dan itu cukup sebagai bekal menulis. Tetapi, saya terbeban dan ingin mengajak teman IG belajar bersama.
Bukan berarti saya paling tahu soal bahasa Indonesia, tetapi hanya berbagi dengan cara sederhana, yang barangkali jika dibiasakan, sebagian teman IG terbiasa pula mengetahui dan menggunakan kata-kata baku.
Sejujurnya, saya tidak mengharap banyak responden menjawab. Apalagi pertanyaan seperti itu menuntut berpikir dibanding konten hiburan lain yang tentu lebih menarik, seperti goyang-goyang dan seterusnya. Saya senang, berarti sebagian antusias belajar seperti saya. Saya dan mereka sama-sama belajar.
Mengunggah sesuatu pun berkata baku
Di luar konten pertanyaan itu, saya pun mendisiplinkan diri mengunggah segala sesuatu di media sosial dengan kata baku. Entah itu cerita atau tanggapan, semua saya perhatikan betul kata-katanya.