Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Cara Sederhana Saya Belajar Bahasa Indonesia

5 Oktober 2021   09:37 Diperbarui: 5 Oktober 2021   09:39 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar bahasa Indonesia, sumber: Image Source via Boombastis

Sebagai seorang penulis -- lebih sempitnya pengarang -- pengetahuan akan bahasa Indonesia yang benar adalah hal mutlak yang harus saya pahami. Saya termasuk orang yang ketat mengamati bahasa, terutama saat menulis.

Saya tahu, lebih banyak waktu yang digunakan untuk berpikir ketika menghasilkan tulisan, berbeda jauh dengan lisan yang lebih sering spontan (wajar, jika bicara lebih sering salah dibanding menulis). 

Apalagi sengaja menulis artikel, pasti sengaja pula menyediakan waktu lebih. Saya tidak pernah sembarangan menulis artikel dari sisi bahasa.

Saya sudah pernah cerita dalam tulisan sebelumnya, bahwa setiap kali menulis, minimal selalu ada KBBI daring (kamus wajib penulis) di samping saya. Saya amati setiap kata yang hendak ditulis, sudah cocok belum dengan kaidah.

Saya tidak tahu, siapa yang membaca tulisan saya. Saya juga tidak tahu, apakah mereka hendak meniru atau tidak. Barangkali potensi itu ada. Oleh sebab itu, saya berupaya menyajikan tulisan yang benar, minimal dari sisi pemilihan kata.

Kata baku

Kata yang sesuai kaidah disebut kata baku. Ini sudah dipelajari sejak wajib belajar sembilan tahun, terus digunakan dalam menulis laporan, atau setiap bacaan yang disajikan formal kepada pembaca.

Contohnya "apotek" dan "apotik". Mana yang baku? Tentu jawabannya "apotek". Hanya ada apoteker, tidak ada apotiker. Lain hal dengan "subjek" atau "subyek". Mana yang benar?

Lebih sering saya temukan penggunaan kata "subyek" daripada "subjek". Pembacaannya pun sering keminggris, "u" dibaca "a", menjadi "sabyek", padahal sebetulnya "subjek".

Hal-hal seperti itu yang saya tidak inginkan muncul dalam setiap tulisan saya. Saya menyadari kemampuan mengingat terbatas, oleh sebab itu setiap hari saya mencoba mengupayakan terus belajar satu demi satu kata lewat media sosial.

Belajar lewat media sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun