Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hakikat Cerpen Hanya Ada Tiga

3 Oktober 2021   16:34 Diperbarui: 3 Oktober 2021   17:02 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menikmati cerpen dengan segelas teh | Sumber: Pixabay

Seberapa sering Anda menikmati cerpen, baik lewat membaca maupun mendengar rekaman di media sosial? Sejauh mana Anda suka bahkan mungkin fanatik terhadap pengarang tertentu sampai setia menunggu karya berikutnya? Apakah yang Anda harap dan telah dapatkan seusai membaca cerpen?

Barangkali Anda sepakat dengan pemahaman saya bahwa jika seseorang telah meluangkan waktu untuk membaca, besar inginnya beroleh sesuatu dari bacaannya. 

Kalau cerpen, bisa terpukau karena alur cerita. Bisa terdidik karena pesan moral. Bisa belajar bahasa Indonesia karena kosakata baru. Bisa terinspirasi pula sehingga ikut mengarang cerpen.

Sejauh pengalaman saya mengarang dan membaca cerpen, secara keseluruhan, hanya ada tiga hakikat cara dalam memaksimalkan kenikmatan cerpen:

Berpikir 

Cerpen sebagai salah satu karya fiksi tentu berbeda dengan karya ilmiah dalam beberapa hal. Beberapa lagi sama, di antaranya harus mematuhi kaidah penulisan dan penyajian yang masuk akal.

Ada penggunaan hukum kausalitas dalam menulis cerpen. Seseorang bisa berperilaku sesuatu, penyebabnya apa, dan dampaknya bagaimana. Pengarang dan pembaca menciptakan dan menemukan itu dalam setiap bagian cerpen.

Kausalitas dalam cerpen semakin diperluas dengan akibat yang bisa saja tidak masuk akal. Ini karena dunia cerpen meliputi fantasi dalam imajinasi, berbeda dengan karya ilmiah yang benar-benar harus masuk akal di dunia nyata.

Pengarang harus berpikir dalam menulis cerpen. Pembaca pun berpikir untuk mengerti sebaik-baiknya pikiran pengarang. Hasil pikiran itu ada yang berasal dari penelitian atau pengamatan objektif, yang juga dilakukan para peneliti ketika menulis karya ilmiah.

Riset perlu dilakukan agar sebagian cerpen dapat dinikmati pembaca sebagai suatu kejadian yang benar-benar terjadi di dunia. Semisal, pengarang ingin mengarang tokoh profesor. Pengamatan perlu dilakukan atas kebiasaannya: mengajar, membimbing mahasiswa, meneliti, dan seterusnya, semata-mata untuk menguatkan penokohan profesor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun