Saya termasuk orang yang suka mencermati hal-hal kecil. Setelah itu, mengambil pelajaran darinya. Kebiasaan mengarang membuat saya demikian.
Beberapa hari ini saya memantau Kompasiana sedang menyegarkan tampilannya, kendati barangkali sedikit demi sedikit. Ya, semua pasti perlu pertimbangan, mana yang sebaiknya diubah, mana yang layak dipertahankan.
Sempat saya membaca beberapa tulisan Kompasianer yang memberi masukan untuk kebaikan Kompasiana. Saya begitu yakin, Admin membaca itu, kendati tidak memberi balasan atau bereaksi di kolom komentar.
Apa buktinya? Ada penambahan fitur yang saya nilai cukup signifikan. Bila Anda simak, di setiap tulisan kita, ada fitur baru di bawah judul tulisan, pada gambar kecil berbentuk ikon media sosial keenam paling kanan, jika dipandang dari ponsel.Â
Jika diperhatikan lebih, gambar ikon Instagram itu tidak seperti pada gambar di atas. Aslinya berdenyut, berdetak, membesar mengecil, begitu seterusnya, seperti ada urat nadinya.
Saya paham, itu cara Admin untuk menangkap perhatian Kompasianer dan memberi pertanda bahwa itu baru. Silakan dimanfaatkan dan dicoba. Rasakan keuntungannya.
Ya, saya memang sangat untung. Bila dahulu ketika saya membagikan tulisan di status Instagram, saya harus potong gambar dan tempelkan dengan sengaja ke status. Biasanya ditambah kata-kata pengantar, bila perlu ditautkan akun Kompasiana di Instagram, agar lebih bonafide.
Sekarang saya tidak perlu serepot itu. Cukup klik ikon Instagram baru itu, lantas tampilan tulisan kita berubah megah. Seperti benar-benar kita terpandang sebagai seorang Kompasianer, penulis di Kompasiana.
Ada nama kita. Ada sematan tulisan Kompasiana. Tampilan gambarnya pun maksimal, lebih besar dibanding membagikan tangkapan layar sebelumnya.Â
Saya menulis ini tidak sedang di-endorse oleh Kompasiana untuk mengiklankan atau membantu menyebarluaskannya. Saya merasa mendapat keuntungan dan atasnya, saya mengucapkan terima kasih lewat tulisan ini.