Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Peron Kesedihan

29 September 2021   04:13 Diperbarui: 29 September 2021   04:39 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peron, sumber: redigest.web.id

Kini, pemahaman gadis itu tentang perpisahan mulai berubah. Ia jadi mengerti bahwa kerelaan seseorang melepaskan pribadi yang dicintainya sering meninggalkan kesedihan mendalam.

Terlalu banyak pelukan dalam kenangan. Terlalu banyak sentuhan dalam ingatan. Terlalu banyak tangisan dalam kepergian. Begitu mudah orang meneteskan air mata. Suara terbata-bata sering terucap, penuh emosi, seperti tidak ingin dan tidak kuat menghadapi kerinduan yang akan panjang.

Meskipun jarak dan waktu bisa seolah-olah terasa dekat dengan kehadiran gawai dan bahkan kemajuan teknologi lain, tetap saja, merasakan seseorang duduk di samping, membelai lembut rambutnya, lantas dengan leluasa dan begitu hangat bisa menyandarkan kepala di bahunya, adalah hal-hal yang selalu dinanti sepasang kekasih yang sedang mengalami perpisahan.

Ya, betapa ia mulai menerima hal-hal itu dan melupakan masa lalunya. Ia mulai mengerti, begitulah cinta sesungguhnya. Perlahan, satu pertanyaan besar muncul seusai ia melihat sebuah kereta lain lewat dengan kencang.

Seperti ada bayangan yang mengingatkan waktu ia pertama dan untuk terakhir kalinya berpisah dengan kekasihnya. Saat itu, mendadak ia terpeleset di pinggir rel. Ia terjatuh dari ketinggian satu meter, terperosok ke atas rel yang berbatu. 

Kepalanya membentur rel. Dahinya berdarah. Sejenak ia merasakan pusing. Pandangannya buyar. Ia berusaha bangkit, menyadarkan dirinya, tetapi tiba-tiba sebuah kereta datang dengan begitu kencang.

Ada suara seperti sesuatu tertabrak. Tubuhnya terpelanting beberapa meter. Ia terimpit. Badannya terlindas roda kereta. Beberapa orang berlarian. Ibu-ibu di sekitar berteriak. Banyak yang berseru minta tolong. Kereta masih berusaha menghentikan laju.

Ketika ia keluar selintas dari raganya, masih sempat ia memandang kembali wajah kekasihnya dari kejauhan. Kendati agak samar, ia bisa memastikan bahwa kekasihnya tertawa. Tergelak-gelak. Sama sekali tidak merasa kehilangan. Ia semakin yakin sekarang, kekasih itu tidak benar-benar mencintainya.  

...

Jakarta

29 September 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun