Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Apakah Perlu Pengarang Cerpen Belajar Kritik Sastra?

22 September 2021   12:01 Diperbarui: 22 September 2021   12:47 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Cerpen Pilihan Kompas tahun 2004 "Sepi pun Menari di Tepi Hari", sumber: dokumentasi pribadi

Sampai sejauh ini, jujur saya harus berterima kasih kepada Kompas dan pengarang cerpen terpilihnya, karena berkat tulisan mereka, terlalu banyak menolong saya mengerti apa itu cerpen dan seluk beluknya, kendati belum sempurna. 

Saya mengerti kondisi sekarang dan ke depan, saya masih terus dan perlu banyak belajar.

Pada setiap pembelajaran materi cerpen pilihan Kompas, ada kebiasaan unik yang kerap saya lakukan seusai membaca keseluruhan cerpen. Saya akan mempelajari kritik sastra yang biasanya berada di depan atau akhir halaman buku.

Saya tidak terlalu paham teori tentang kritik sastra. Pastinya, itu dipelajari oleh mahasiswa yang sedang belajar sastra. Wikipedia mencatat kritik sastra sebagai salah satu cabang ilmu sastra untuk menghakimi suatu karya sastra.

Selain menghakimi karya sastra, kritik sastra juga memiliki fungsi untuk mengkaji dan menafsirkan karya sastra secara lebih luas. Kritik sastra biasanya dihasilkan oleh kritikus sastra. 

Penting bagi seorang kritikus sastra untuk memiliki wawasan mengenai ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan karya sastra, sejarah, biografi, penciptaan karya sastra.

Kritikus sastra

Seperti diutarakan di atas, kritikus sastra bukan orang sembarangan. Harus punya pengalaman dan latar belakang ilmu yang mendukung. 

Dari sekian banyak kritikus sastra yang diikutkan berkomentar dalam buku cerpen pilihan Kompas dari tahun ke tahun, saya ambil contoh satu: Melani Budianta.

Keterangan singkat tentang Melani Budianta, sumber: dokumentasi pribadi
Keterangan singkat tentang Melani Budianta, sumber: dokumentasi pribadi
Beliau merupakan istri dari sastrawan Eka Budianta. Menurut Wikipedia lagi, Beliau meraih gelar sarjana dari jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (dulu Fakultas Sastra) Universitas Indonesia pada tahun 1979. 

Beliau kemudian meraih gelar Master dalam bidang Kajian Amerika dari University of Southern California (1981) dan Ph.D. dalam bidang Sastra Inggris dari Cornell University (1992).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun