Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Soto Lamongan, Koyanya Selalu Bikin Lidah Bergoyang

11 September 2021   16:32 Diperbarui: 12 September 2021   01:14 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerobak soto yang menetap di warung, sumber: dokumentasi pribadi

Saya termasuk pecinta setia kuliner tertentu. Jika telanjur suka, saya enggan beranjak darinya. Kata KLa Project, tak bisa ke lain hati. Sudah kepincut. Kesetiaan itu tidak ada beda dengan sikap saya sama doi. Halah!

Adalah Soto Lamongan, satu dari sekian banyak soto Nusantara yang tidak pernah kalah enak jika saling dibandingkan rasanya. Di Jakarta Pusat, saya punya warung langganan. Tidak perlu berlama-lama, berikut liputan seputar makanan favorit saya, eksklusif untuk Kompasiana.

Gerobak yang unik

Sebelum menikmati kelezatan soto, mari kita lihat keunikan gerobak penjualnya. Sebetulnya, sama dengan sebagian penjual soto lain, gerobak berbahan kayu yang didorong dengan roda. Jika menetap di warung, diberi penyangga di bawah. Sama pula terdapat beberapa bahan-bahan soto di sekitar meja gerobak.

Gerobak soto yang menetap di warung, sumber: dokumentasi pribadi
Gerobak soto yang menetap di warung, sumber: dokumentasi pribadi
Yang unik adalah ada satu sisi bagian dalam gerobak berupa papan kayu yang dipasang miring, lantas dipakukan beberapa paku besar. Paku itu menempel kuat. Setelah papan diberi alas daun pisang, pada paku ditancapkan ayam utuh yang sudah dimasak dengan bumbu kuning. Biasanya dua atau tiga ekor.

Papan kayu beralas daun pisang yang ditancapkan ayam bumbu kuning, sumber: dokumentasi pribadi
Papan kayu beralas daun pisang yang ditancapkan ayam bumbu kuning, sumber: dokumentasi pribadi

Ayam ini sebagai persediaan jika ayam suwiran di nampan sudah habis. Penjual akan mengambilnya, memotong beberapa bagian, kemudian mengiris kecil-kecil.

Pada sisi lain, dandang sebagai tempat untuk kuah soto pun khas. Berbentuk lonjong dan tabung ke bawah, cukup dalam sehingga bisa memuat banyak liter kuah, dan mulut dandang berbentuk lingkaran terbuka lebar.

Dandang soto Lamongan, sumber: dokumentasi pribadi
Dandang soto Lamongan, sumber: dokumentasi pribadi
Komposisi bahan-bahan soto

"Biasa, Mas?" tanya penjual soto pada saya. "Iya," jawab saya sambil menelan ludah. Siang itu begitu terik. Saya belum sarapan. Perut sudah sangat lapar. Semangkuk soto hangat pasti lezat dan mengenyangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun