Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Matahari dan Bulan adalah Sepasang Kekasih

5 September 2021   22:54 Diperbarui: 6 September 2021   09:16 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi matahari, sumber: Pixabay

Kau tahu, matahari bukanlah sekadar bintang. Bulan pula tidaklah sebuah satelit. Kedua itu adalah kumpulan titik arwah para manusia yang terus berbuat baik selama hidup di dunia.

Bagi yang bekerja menebar kebaikan untuk sesama pada siang hari, mereka berkumpul menjadi matahari. Begitu pun saat malam, mereka yang meninggal dalam kebaikan menjelma menjadi bulan.

Ibu kembali mengisahkan cerita dari kakek sebagai pengantar saya tidur. Saya memang dengan sengaja meminta perhatian ibu setelah ia sibuk bekerja seharian, untuk mau meluangkan waktu, membaca apa pun cerita sebelum saya tidur.

Saya bukan tidak berani tidur sendiri. Saya pun bukan tidak bisa baca buku cerita sendiri. Saya hanya ingin ditemani ibu. Cukuplah seharian saya bermain bersama robot-robot yang memang asyik, tetapi tidak punya hati dan tidak nyata saat diajak bicara itu. Laptop itu, ponsel itu, televisi itu, menyenangkan memang. Saya tetap merasa sendirian.

Kendati saya sudah mendengar cerita itu, saya pura-pura bertanya, sekadar berharap ibu lebih banyak lagi bercerita. Sekali-kali ibu juga pandai mengarang saya lihat. Ceritanya dirangkai begitu rupa dengan dasar yang seperti masuk akal.

Ketika saya bertanya, "Bagaimana bisa matahari dan bulan itu adalah arwah-arwah orang baik," ibu akan menjawab, "Lihatlah, mereka begitu terang bukan? Kau pasti bisa menemukan arah jalan lewat sinarnya. Seperti itulah orang baik. Selalu memberi jalan keluar setiap ada masalah."

Ibu tersenyum. Saya mengambil sebuah bantal, lantas meletakkannya di bawah punggung, agar bisa menyandarkan diri dengan nyaman di dinding sembari mendengar cerita tambahan dari ibu.

Ya, itu memang tambahan. Awalnya tidak ada, kata ibu. Selama ia mendengar cerita dari kakek secara langsung, ia hanya menerima kenyataan bahwa matahari dan bulan adalah kumpulan arwah orang baik. Ia tidak tahu penjelasan mengapa mereka adalah arwah. Setahunya, matahari itu bintang. Bulan itu satelit. Mereka bukan manusia. 

Sempat ia mengajukan pertanyaan pada kakek, tetapi kakek hanya tersenyum dan mengalihkan dengan nasihat lain.

"Besok, kalau sudah besar, sebaik-baiknya kamu menuntut ilmu, jadilah berguna bagi orang lain. Belum pula kamu selesai menuntut ilmu, tetaplah jadi berguna bagi orang lain. Tidak ada alasan untuk tidak jadi orang baik, dengan ada atau tidak ilmu di tangan kita. Ilmu hanya melengkapi kebaikan menjadi lebih sempurna."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun