Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Album Foto Marni

30 Agustus 2021   04:24 Diperbarui: 30 Agustus 2021   04:46 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi album foto, sumber: Revotips via Batam.tribunnews.com

Saya mematikan televisi yang menyala sedari tadi. Saya mengganti nyala lampu putih dengan lampu kuning yang sedikit temaram. 

Saya putar perlahan alunan lagu Jazz melalui pengeras suara. Di atas kursi goyang, saya pura-pura menatap ponsel. Sesekali, saya curi-curi pandang ke Marni, memastikan bahwa ia tetap baik-baik saja dalam keadaannya yang sedang tidak baik itu.

Marni membuka album foto berukuran sedang -- sekitar 40 cm kali 60 cm -- yang bersampul putih dengan pita berwarna-warni dominasi merah muda. 

Album itu dari luar terlihat bergaya feminis sekali. Ia membuka halaman pertama. Ia mengamati benar satu demi satu foto yang terselip dalam plastik di album itu.

"Kamu mau saya buatkan teh?" tanya saya padanya. Saya tahu, ia paling suka teh poci panas dengan perasan jeruk lemon. Semoga saja dapat mengurangi tekanan yang sedang dialaminya.

"Boleh," jawabnya perlahan. Saya menuju dapur. Tidak berapa lama, teh itu selesai saya racik. Saya kembali ke ruang tamu. Sudah ada segurat senyuman di bibir Marni. Matanya yang layu sejak tadi, mulai sedikit berbinar-binar. Sesekali ia tertawa kecil.

Kenangan, oh, kenangan. Meskipun engkau lenyap oleh waktu dan ruang, engkau tetap terabadikan dalam sebuah foto. Memori otak manusia mengingat benar pada sebagian kenangan. 

"By, kamu masih ingat, saat kita nikah dulu?" ujar Marni setelah mengajak saya duduk di dekatnya sambil jarinya menunjuk sebuah foto. Ada sepasang kekasih keluar dari rumah ibadah dan berfoto di depan sebuah mobil mewah. 

Mempelai perempuan bergaun putih bersih dan panjang megah, sambil memegang sebuket bunga di tangan. Mempelai laki-laki berdiri tegap, berjas cokelat, dan memakai topi hitam, dengan tangan yang memeluk erat mempelai perempuan dari belakang.

"Ingatlah!" jawab saya sambil tersenyum.

"Kamu ingat pula, bagaimana perjuangan saya memohon pada Mama?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun