Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kaus Kaki Samin

28 Agustus 2021   16:35 Diperbarui: 28 Agustus 2021   16:59 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kaus kaki, sumber: Pixabay.com

"Kita menikah diikat dengan cincin ini. Tetapi, jangan kita pasang di jari tangan. Saya mau, ini harus ditaruh di jari-jemari kaki. Kalau kau mau, kita lanjut menikah!"

"Mengapa harus di jari kaki?" tanya perempuan itu lagi.

Samin tidak menjawab. Ia mengambil secangkir teh di atas meja, meniup-niup uapnya yang mengepul padat, sembari menyalakan sebatang rokok di tangan kanan. Ia mengisap rokok dalam-dalam dan mengembuskan asapnya.

"Kau tahu apa arti kesetiaan?"

"Apa?"

"Saya meminta kita memasang cincin di jari kaki tentu ada maksud. Dibanding jari tangan, di jari kaki lebih sulit untuk dilepaskan. Tidak ada keperluan mendesak pula untuk melepaskan sesuatu yang tempatnya jarang tersaksikan. Bukankah itu simbol kesetiaan cinta yang abadi? Meskipun tidak terlihat, kita tetap menjaganya utuh."

Perempuan itu berpikir sejenak, berusaha mencerna jawaban yang sepertinya masuk akal. Lantas, tidak berapa lama, ia mengangguk. Pada sisi lain, ia memang tidak bisa banyak bicara, karena segala keperluan pernikahan sepenuhnya Samin sediakan. Ia tinggal duduk manis di rumah dan menunggu dipersunting.

Setelah perempuan itu memasangkan sendiri cincin kawin di jari telunjuk kaki kanan Samin, sesaat pula ia juga memasangkan kaus kaki hitam dan tebal itu.

Sejak saat itu, Samin tidak pernah melepas kaus kaki hitamnya ketika di dalam atau luar rumah. Ia memilih mempertahankan kesetiaannya dengan menjaga cincin kawin emasnya tetap terpasang pada telunjuk kakinya. Ia pun tidak mau melukai wanita-wanita simpanannya yang tiba-tiba mungkin kecewa melihat kebohongannya yang ternyata telah beristri lima.

Ya, sudah lima cincin terpasang di setiap jari kaki kanannya. Ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking, semua tertaut cincin dari kekasih-kekasihnya di lima kota terpisah. Ia selalu menikah secara sembunyi-sembunyi dan tidak suka mengabarkan lewat media sosial apa pun. 

Setiap kali ia menikah, ia akan melepas cincin kawin sebelumnya, dan memasang cincin kawin baru di depan istri barunya. Setelah itu, ia membungkus kakinya dengan kaus kaki hitam itu. Tanpa sepengetahuan istrinya, ia kembali memasang cincin yang telah dilepaskan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun