Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Punya Teman yang Suka Mengingatkan Masa Lalu, Bagaimana Menyikapinya?

17 Agustus 2021   09:57 Diperbarui: 17 Agustus 2021   10:35 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ada teman yang suka mengingatkan masa lalu, sumber: Shutterstock

Tetapi, bagaimana jika masa lalu itu tidak mengenakkan hati?

Tiga contoh di atas kalau dipikir dan dirasa benar, lebih tidak ada manfaat. Bisa buat dongkol, kecewa, dan menyesal. Diceritakan ulang pun tidak menjadi pengetahuan baru bagi pendengar sekaligus mengurangi kebahagiaan.

Tanpa disadari, ada karakter seperti itu di sekitar. Boleh jadi kita pula. Suka menceritakan masa lalu yang buruk-buruk. Semangat sekali, apalagi tentang orang lain. Lebih pula, jika dirinya berjasa dan meminta diingat.

Boleh saya petik beberapa hal:

Mengingat kebaikan pertanda tidak ikhlas

Entah, apa maksud motif kita berbuat kebaikan. Jika memang tulus, tentu tidak berharap kembali. Jika ada mau, sampai kapan pun akan diingat terus, hingga imbalan datang.

Mengingat kita telah berbuat baik kepada orang berpotensi membuat tinggi hati. Kita akan jatuh ke pemahaman sempit seputar kebaikan, bahwa sudah selayaknya kebaikan itu dibalas. Orang yang tidak mengerti namanya lupa diri.

Tidak ada yang pernah tahu kondisi saat masa depan

Membandingkan masa lalu dan masa depan untuk beberapa hal tidaklah perlu. Untuk apa menilai harga tanah itu dulu dengan sekarang? Apakah dulu memang kita perlu membelinya?

Apakah tidak ada kebutuhan lain yang mendesak? Kita jadi merasa salah dan menyalahkan diri karena dulu tidak membeli. Ah, betapa bodoh! Jika dulu beli, sekarang pasti kaya.

Lebih baik dihapus saja masa lalu yang tidak berfaedah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun