Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebuah Artikel Apresiasi untuk Ibu Suprihati

12 Agustus 2021   08:21 Diperbarui: 12 Agustus 2021   08:46 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar akun Ibu Suprihati, sumber: Kompasiana

Bagi daun pisang berguna adalah dharmanya. Pensiun bukan akhir segalanya. Hanya berbeda peran. Bukan lagi sebagai peran utama penghasil tanaman. Memainkan peran hingga masa purna tugas. 

Lengkapnya, boleh dibaca di [Embun Kebun] Belajar Pensiun dari Daun Pisang. 

Soal budaya, beliau tidak kalah mendalam dalam mengulas. Bagaimana beliau mengupas perkara tapa pepe, warisan budaya kerajaan Mataram baik Kasunanan Surakarta maupun Kasultanan Yogyakarta. 

Tapa pepe atau bernama lain tapa jemur adalah kegiatan duduk bersila, berjemur di bawah sinar matahari. Beliau pun apik menyarikan nilai positifnya dan mengontekstualisasikan dengan keadaan terkini.

Kesediaan kontrak laku tapa pepe alias jemur sudah dimulai saat seseorang calon menyediakan diri. Gambar diri di baliho atau pun ucapan selamat kepada yang berprestasi adalah pernyataan kesiapan untuk tapa jemur.

Alun-alun yang tersedia bagi setiap wakil rakyat untuk tapa jemur bersalin rupa. Mari silakan bertapa mengolah aspirasi dan menjalankan amanat perwakilan melalui ruang sidang ber-AC. Bukan lagi berjemur bergosong ria.

Begitupun jadwal tidak semata mengikuti kemurahan raja. Kini kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif dalam kesetaraan. Berpadu untuk mendengar suara rakyat di bidang apa pun. Termasuk badai COVID-19 saat ini.

Lengkapnya, sila dibaca di sini.

Akhirnya, saya akan memuji tulisan Beliau dari sisi penyajian dan gaya penulisan. Beberapa kali saya cermati benar, satu demi satu kata dan kalimat yang diuraikan. 

Kendati tidak melihat waktu Beliau menulis, saya begitu yakin, Beliau selalu serius dalam menulis. Ternilai dari pemilihan kata dan penyusunan kalimat.

Kalimat efektif banyak ditemukan dan jelas mengandung pesan pada setiapnya. Energi positif sarat nilai kebaikan yang hendak disalurkan terasa benar. Selalu mengandung inspirasi yang mencerahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun