Bagi daun pisang berguna adalah dharmanya. Pensiun bukan akhir segalanya. Hanya berbeda peran. Bukan lagi sebagai peran utama penghasil tanaman. Memainkan peran hingga masa purna tugas.Â
Lengkapnya, boleh dibaca di [Embun Kebun] Belajar Pensiun dari Daun Pisang.Â
Soal budaya, beliau tidak kalah mendalam dalam mengulas. Bagaimana beliau mengupas perkara tapa pepe, warisan budaya kerajaan Mataram baik Kasunanan Surakarta maupun Kasultanan Yogyakarta.Â
Tapa pepe atau bernama lain tapa jemur adalah kegiatan duduk bersila, berjemur di bawah sinar matahari. Beliau pun apik menyarikan nilai positifnya dan mengontekstualisasikan dengan keadaan terkini.
Kesediaan kontrak laku tapa pepe alias jemur sudah dimulai saat seseorang calon menyediakan diri. Gambar diri di baliho atau pun ucapan selamat kepada yang berprestasi adalah pernyataan kesiapan untuk tapa jemur.
Alun-alun yang tersedia bagi setiap wakil rakyat untuk tapa jemur bersalin rupa. Mari silakan bertapa mengolah aspirasi dan menjalankan amanat perwakilan melalui ruang sidang ber-AC. Bukan lagi berjemur bergosong ria.
Begitupun jadwal tidak semata mengikuti kemurahan raja. Kini kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif dalam kesetaraan. Berpadu untuk mendengar suara rakyat di bidang apa pun. Termasuk badai COVID-19 saat ini.
Lengkapnya, sila dibaca di sini.
Akhirnya, saya akan memuji tulisan Beliau dari sisi penyajian dan gaya penulisan. Beberapa kali saya cermati benar, satu demi satu kata dan kalimat yang diuraikan.Â
Kendati tidak melihat waktu Beliau menulis, saya begitu yakin, Beliau selalu serius dalam menulis. Ternilai dari pemilihan kata dan penyusunan kalimat.
Kalimat efektif banyak ditemukan dan jelas mengandung pesan pada setiapnya. Energi positif sarat nilai kebaikan yang hendak disalurkan terasa benar. Selalu mengandung inspirasi yang mencerahkan.