Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apakah Kota Besar Adalah Tempat yang Nyaman untuk Menghabiskan Masa Pensiun?

10 Agustus 2021   11:54 Diperbarui: 10 Agustus 2021   13:15 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menghabiskan masa pensiun di desa, sumber: Shutterstock via Kompas

Saya tinggal di kota besar. Tepatnya ibu kota. Sudah 13 tahun saya merantau di sini. Keadaan kota yang berbeda jauh dengan desa kampung halaman, saya kenal betul.

Bagaimana setiap hari waktu adalah sangat berharga. Tengoklah di jalan. Sedikit saja terlambat -- kalah saing dalam berkendara -- maka kita terjebak dalam kemacetan. Rentetan kendaraan baik roda dua maupun empat yang penuh sesak terutama saat jam kerja terlihat begitu mudah.

Ada yang sore sudah pulang kerja. Ada yang larut malam masih berkeliaran. Ada pula yang subuh-subuh baru menyelinap ke rumah. Selalu ada kehidupan selama dua puluh empat jam. 

Orang berjualan dan mencari uang silih berganti, guna mendapat penghidupan yang lebih layak dan harapannya lebih menjanjikan dibanding di desa.

Mau dimungkiri dengan alasan apa pun, daya pikat kota besar yang dipercaya sebagian orang adalah gampang mencari pekerjaan, terus berhasil memikat urbanisasi. 

Faktor lebih banyak sekolah tinggi tersedia sebagai tempat yang layak untuk melanjutkan pendidikan juga tidak kalah mendukung. Sebagian pelajar yang baru lulus sekolah menengah atas berpindah ke kota besar.

Sebagian penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar. Ada yang berkompeten dan memiliki keahlian. Ada yang hanya bermodal punya saudara. Ada yang cuma hitung kancing, mencari peruntungan. Pesona kota besar dalam menarik para pekerja tidak pernah selesai.

Berdasarkan data...

Fakta di lapangan yang saya saksikan didukung data yang kuat. Betapa urbanisasi ke kota besar masih terjadi. Dari detik.com (29/10/2020), dituliskan:

Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan urbanisasi tercepat di dunia. Data proyeksi penduduk BPS menunjukkan pada tahun 2020 sebanyak 56,7% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan dan diprediksi jumlahnya akan semakin meningkat menjadi 66,6% di tahun 2035. 

Bank Dunia juga memperkirakan di tahun 2045 sebanyak 220 juta orang atau 70% dari penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan. DKI Jakarta adalah kota yang paling banyak didatangi oleh penduduk dari daerah-daerah lain di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun